Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
Lalai Jaga Kerahasiaan Data Pribadi, Penyebab Utama Rekening Dijebol
Minggu, 19 Maret 2023 14:32 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Perlindungan data pribadi masih menjadi isu panas. Apalagi, belakangan juga marak terjadi pembobolan data atau cyber crime akibat keteledoran nasabah yang tidak bisa menjaga data perbankannya.
Secara prinsip, semua kegiatan perbankan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI). Dengan demikian setiap kegiatan layanan perbankan sudah pasti dilakukan secara hati-hati. Namun begitu, pembobolan data nasabah masih saja terjadi.
Baca juga : Lestari: Cegah Pernikahan Anak, Perbaiki Kualitas Pendidikan Nasional
Banyak faktor yang menjadi pemicu, baik dari sistem perbankannya maupun dari nasabah. Akan tetapi sejauh ini pembobolan data nasabah umumnya lebih disebabkan kelalaian nasabah itu sendiri.
Seperti yang terjadi pada nasabah BTN baru-baru ini yang viral di media sosial. Nasabah itu mengeluhkan dananya hilang di tabungan yang diduga karena tidak bisa menjaga kerahasiaan data perbankannya.
BTN telah berulangkali mengimbau nasabah agar menjaga kerahasiaan data pribadi baik berupa identitas, buku tabungan, PIN maupun data pribadi lainnya. Hal ini untuk mencegah hal-hal yang bisa merugikan nasabah.
Menyoal ini, Direktur Eksekutif Segara Research Institute Piter Abdullah mengatakan, pembobolan data nasabah sejauh ini umumnya lebih banyak disebabkan kelalaian nasabah, terutama dalam menjaga kerahasiaan data pribadi baik berupa identitas, buku tabungan, PIN maupun data pribadi lainnya.
Baca juga : Ini Yang Harus Dipahami Untuk Jaga Data Pribadi Di Ruang Digital
Menurutnya, literasi masyarakat Indonesia yang masih rendah sebagai salah satu faktor utama penyebab masih tingginya kebocoran data nasabah. Hal ini tentu harus menjadi perhatian khusus bagi regulator.
"Kalau dilihat lebih jauh memang disebabkan ketidakpahaman, literasi keuangan yang rendah, serta kurang sadar risiko. Untuk mengatasi hal ini memang yang harus terus ditingkatkan adalah edukasi untuk meningkatkan literasi dan sadar risiko," jelasnya dalam keterangan, Sabtu (18/3).
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya