Dark/Light Mode

Guru Besar Undip Sebut Kemasan Air Berbahan PET Dan Bebas BPA Belum Tentu Aman

Minggu, 8 Oktober 2023 20:56 WIB
Ilustrasi kemasan air berbahan PET atau galon sekali pakai
Ilustrasi kemasan air berbahan PET atau galon sekali pakai

RM.id  Rakyat Merdeka - Klaim aman Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) berbahan Polyethylene Terephthalate (PET), karena disebut bebas Bisphenol A (BPA) ternyata belum sepenuhnya benar. 

Guru Besar Bidang Pemrosesan Pangan Departemen Teknik Kimia Universitas Diponegoro (Undip) Andri Cahyo Kumoro mengingatkan bahwa air kemasan berlabel BPA free belum tentu tidak mengandung bahan kimia berbahaya lainnya.

"Tidak mengandung BPA belum tentu juga tidak mengandung bahan berbahaya lainnya," kata Andri Cahyo Kumoro.

Ia menjelaskan bahwa sebagaimana BPA dalam galon polikarbonat (PC), galon berbahan PET atau galon sekali pakai juga mengandung senyawa kimia yang bisa mengotori air minum. Misalnya senyawa antimon (Sb), Asetaldehida atau senyawa logam lain yang lebih membahayakan tubuh.

PET dibuat dari bahan baku asam tereftalat (TA) dan etilen glikol (EG) dengan bantuan katalis berbasis antimon (Sb), Germanium (Ge), atau Titanium (Ti). Dia mengatakan, suhu penyimpanan yang tinggi dan penyinaran sinar matahari secara langsung dapat meningkatkan pelepasan zat antimon ke dalam air.

Untuk diketahui, antimon merupakan salah satu pencemar air minum yang utama, yang melebihi tingkat kontaminan maksimum (MCL), yaitu 6 ppb, dalam beberapa kondisi penggunaannya. Paparan antimon dalam jangka pendek dapat menyebabkan efek samping seperti mual, muntah dan diare.

Baca juga : Pj Gubernur Dan DPRD Sultra Pastikan APBD Perubahan 2023 Merata

Selain itu, kolesterol darah yang lebih tinggi dan gula darah yang lebih rendah adalah efek samping lain yang sering dilaporkan jika terpapar dalam jangka waktu yang lebih lama. 

Dia menjelaskan bahwa setiap bahan kimia memiliki ambang batas yang berbeda-beda. Sehingga, jangan berpikiran kalau bahan kimia itu sama nilai ambang batasnya. 

Menurutnya, penanganan bahan baku, produk dan kemasan itu menjadi bagian penting juga dalam bisnis makanan dan minuman termasuk yang siap saji.

"Kalau mau aman itu ya bisa menggunakan bahan organik, degradable dan aman seperti plastik berbasis pati, lipid, rumput laut atau campuran dan turunannya. Tapi itu kan mahal cost-nya, tidak efisien untuk industri," katanya.

Dari seluruh unsur kimia yang terkandung dalam AMDK, senyawa EG dan DEG yang memberikan rasa manis pada indra pengecap telah terbukti memakan ratusan korban. Berbeda dengan BPA yang belum memiliki kesimpulan utuh dan bukti nyata akan dampaknya kepada manusia.

Sementara, galon PC sebagai kemasan air minum sudah dipakai sejak lama.

Baca juga : KPK Panggil Sekretaris Badan Perencanaan Dan Pengembangan Kemenaker

Dosen dan peneliti di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan SEAFAST Center Institut Pertanian Bogor (IPB) Nugraha Edhi Suyatma mengatakan, plastik PC memiliki banyak keunggulan dibandingkan dari PET. Plastik PC lebih fleksibel sehingga lebih tahan dari risiko pecah atau retak.

Plastik PC juga memiliki ketahanan gores dan ketahanan benturan hingga suhu yang lebih baik. Sehingga tahan untuk dicuci dengan suhu panas antara 60-80 derajat celcius dengan penyikatan menggunakan sikat plastik tanpa menyebabkan kerusakan pada permukaan kemasan.

Sedangkan galon PET selalu baru, karena hanya digunakan sekali. Namun, galon PET memiliki risiko lebih mudah tergores saat dilakukan pencucian dengan menggunakan sikat. Ia mengimbau masyarakat bisa memilih galon berdasarkan aspek karakteristik fungsional kemasan, lingkungan, keamanan pangan dan aspek ekonomi.

"Perbandingan PC dan PET ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi konsumen dalam memilih produk AMDK dengan galon plastik sesuai kebutuhannya," katanya.

Dosen Ilmu Pangan Universitas Soedirman, Karseno menilai bahwa kemasan pangan apapun yang sudah kategori food grade sebenarnya tidak masalah untuk digunakan. Dia melanjutkan, pangan yang berada dalam kemasan tersebut juga aman untuk dikonsumsi publik.

Dia menjelaskan, kategori kemasan pangan berstandar food grade juga tentu memiliki standarisasi ketat dan tersertifikasi. Hal itu untuk memastikan bahwa kemasan tersebut tidak akan memberikan dampak kepada konsumen.

Baca juga : Guru Besar ITB Tegaskan PLTU Suralaya Bukan Penyebab Polusi

"Jadi kemasan juga sudah diuji oleh lembaga resmi. Jadi dalam uji kemasan itu terdapat uji migrasi bahan kimia kemasan ke produk, tidak bisa hanya klaim sepihak," kata Karseno.

Dia melanjutkan, tes umum yang kerap dilakukan adalah ketahanan kemasan pangan dalam suhu tertentu. Hal itu untuk mengetahui pada suhu berapa terjadi migrasi senyawa kimia dari kemasan ke pangan.

"Sehingga rekomendasi kemasan ini aman di suhu sekian, kalau di atas ini bisa mengalami migrasi," katanya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.