Dark/Light Mode

Para Ahli Sarankan Tetap Konsumsi Suplemen Di Masa The New Normal

Sabtu, 11 Juli 2020 12:42 WIB
Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI dan RS Persahabatan Budhi Antariksa (kanan atas) dan Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI) Inggrid Tania (kanan bawah) saat diskusi webinar bersama Imboost, Kamis (9/7)/Foto: Merry Apriyani
Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI dan RS Persahabatan Budhi Antariksa (kanan atas) dan Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI) Inggrid Tania (kanan bawah) saat diskusi webinar bersama Imboost, Kamis (9/7)/Foto: Merry Apriyani

RM.id  Rakyat Merdeka - Virus corona belum kelar tapi masyarakat sudah kembali beraktivitas di luar rumah. Apa yang mesti dilakukan saat berhadapan langsung dengan potensi penyebaran virus ini. 

Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI dan RS Persahabatan Budhi Antariksa mengatakan, yang paling penting dalam kondisi saat ini adalah taati protokol kesehatan. Sebab, virus menular pada orang lain, dan akan berpindah ke orang lain lagi. Virus harus hidup dari sel mahluk hidup lainnya.

“Saat PSBB diperlonggar, angka kepositifan virus meningkat. Sempat menurun, lalu naik lagi. Hal itu menjadi pertanda virus berpindah ke orang lain, maka virus itu bermutasi dan bertambah banyak. Secara nyata, begitu PSBB diperlonggar, jumlah malah naik. Artinya, virus memang bermutasi makin banyak,” papar Budhi.

Dengan demikian, meningkatkan daya tahan jadi penting pada kondisi saat ini. Daya tahan tubuh itu hubungannya erat dengan asupan dan makanan-makanan yang bergizi, dan pola istirahat. Kalau pola tidur kurang, lalu istirahat kurang, maka daya tahan tubuh akan menurun.

Menurut Budhi, suplemen tetap diperlukan karena kita masih belum tahu virus akan berakhir kapan. Begitu pula penemuan vaksin.

Baca juga : Graha Mitra 46 dan BZ Group Gelar Simulasi Pernikahan New Normal

“Tidak semua virus RNA (materi genetik) itu bisa dibuatkan vaksinnya. Contoh, HIV tidak ada vaksinnya, Hepatitis C juga tidak ada. Ada beberapa virus memang tidak ada vaksinnya. Dan kebetulan, corona itu masuk virus RNA, jadi belum tentu dia bisa dibentuk vaksinnya. Semoga sih bisa. Tapi, sampai sekarang belum ada buktinya,” ujar dia.

Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI) Inggrid Tania mengatakan, dengan kondisi aktivitas padat di masa The New Normal dibutuhkan ekstra peningkatan daya tahan tubuh. Sebab, tubuh memerlukan tambahan suplemen dari luar. Salah satunya suplemen immunomodulator.

Immunomodulator adalah zat atau substansi yang dapat mempengaruhi sistem imun. Artinya, sistem tubuh diaktivasi dan dimodulasi. Immunomodulator terbagi dua, yakni immunosupresan (yang berefek menekan) dan immunostimulan (berefek meningkatkan) respons imun.

“Saya menganjurkan, di masa The New Normal justru tetap perlu mengonsumsi suplemen immunomodulator. Ketika kita berada di luar rumah maka kita semakin tidak terlindungi sehingga potensi tertular Covid-19 juga tinggi,” jelas Inggrid.

Dia menjelaskan, Immunomodulator bisa natural atau subtansi yang sitentik. Kalau ingin mendapatkan perlindungan imun yang maksimal atau komplet, perlu mengonsumsi keduanya. Immunomodulator yang natural contohnya Echinacea maupun yang sitentik.

Baca juga : BRI Pastikan Layanan Kanwil BRI Malang Berjalan Normal

Inggrid melanjutkan bahwa immunomodulator yang bersifat immuno stimulan kuat atau imun booster kuat, bisa dikonsumsi setiap harinya antara 8 minggu sampai 16 minggu.

“Biasanya, jeda 2 minggu sudah cukup. Setelah itu, kita bisa konsumsi kembali suplemen immunomodulator itu. Hal ini untuk menghindari kemungkinan timbulnya efek samping, seperti imuno supresan dan sebagainya. Meskipun sebenarnya belum ada bukti-bukti kuat bisa memicu itu. Ini azas kehati-hatian saja,” tambahnya.

Konsumsi suplemen immunomodulator menjadi penting, karena saat PSBB diperlonggar banyak orang termasuk OTG (orang tanpa gejala) sama-sama beraktivitas. OTG ini sebenarnya positif Covid-19 namun tanpa gejala sehingga orang tersebut tak mengetahui. Kecuali saat dites swab atau PCR.

Walaupun tanpa gejala, tetap saja OTG  memiliki potensi untuk menularkan orang di sekitarnya. Orang dengan daya tahan yang lemah bisa tertular. Terkadang gejalanya tidak ringan, atau bisa sedang hingga berat.

Vice President Research & Development and Regulatory SOHO Global Health Raphael Aswin Susilowidodo mengatakan, immunomodulator yang baik mengandung ekstrak Echinacea pupurea dan zinc picolinate. Kandungan ekstrak Echinacea purpurea telah terbukti secara klinis dapat memodulasi atau mengatur sistem daya tahan tubuh dan mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut. Sementara zinc picolinate berperanan aktif dan bekerja sinergis pada sistem imun 

Baca juga : 16 Provinsi Laporkan Penambahan Kasus Baru Di Bawah 10

tubuh.

Imboost merupakan produk immunomodulator dari bahan natural yang berfungsi memodulasi sistem imun tubuh. Karena terdapat tambahan kandungan ekstrak Black Elderberry yang dapat mencegah replikasi virus serta memodulasi peningkatan sistem imun tubuh dengan cara meningkatkan produksi monosit, yaitu bagian darah putih yang berperan dalam sistem imun tubuh, sehingga akan mempercepat proses penyembuhan bagi orang yang sudah sakit karena terinfeksi virus,” jelas Raphael. [MER]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.