Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Hasil Tes Antibodi Pasca Vaksinasi Covid Rendah, Perlukah Khawatir?

Kamis, 30 September 2021 09:19 WIB
Ilustrasi sampel darah untuk tes antibodi pasca vaksinasi Covid-19. (Foto: Istimewa)
Ilustrasi sampel darah untuk tes antibodi pasca vaksinasi Covid-19. (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Banyak yang orang penasaran dengan kadar antibodinya setelah divaksin Covid-19. Sekadar untuk memastikan, apakah tubuhnya telah memiliki perlindungan yang memadai terhadap Covid-19.

Namun begitu melakukan tes, banyak yang resah. Khawatir angkanya tak cukup. Karena ada yang puluhan, ratusan, bahkan ribuan dan puluhan ribu.

Merespon hal tersebut, Juru Bicara Satgas Covid-19 RS UNS dr. Tonang Dwi Ardyanto, Sp. PK (K), PhD, FISQua meminta masyarakat tak ambil pusing. 

"Yang penting, sudah ada dulu. Karena memang, belum ada kesepakatan, berapa sebenarnya angka yang cukup. Bahkan seandainya rendah sekali pun, tetap bersyukur. Karena sudah ada sel memorinya," kata Tonang via laman Facebooknya, Kamis (30/9).

Baca juga : Bangkitkan Ekonomi, Vaksinasi Covid-19 Butuh Dukungan Masyarakat

Wakil Direktur Pendidikan dan Penelitian di RS UNS ini menjelaskan, ada beberapa metode pengukuran antibodi pasca vaksinasi. Di Indonesia, lazimnya terbagi pada 2 metode. Keduanya tetap sama targetnya: antibodi S-RBD.

"Itu artinya "antibodi ujung rambut" dalam cerita vaksin buah rambutan kita," cetus Tonang.

Kalau diuraikan, antibodi S-RBD itu masih terbagi lagi menjadi beberapa kelas: IgM, IgA, IgG, IgD dan IgE. Tiga pertama lazim kita dengar.

Di awal infeksi dan jangka pendek setelah sembuh, IgM dan IgA masih tinggi, tapi kemudian segera turun. Sedangkan IgG muncul lebih lambat, dan meningkat perlahan, tapi bertahan lama.

Baca juga : Puan Tinjau Vaksinasi Sekolah, Siswa Bahagia Kembali PTM

Salah satu metode spesifik menghitung IgG-nya saja. Metode yang lain, sering disebut total antibody karena menghitung IgM, IgA dan IgG.

Keduanya punya alasan ilmiah. Setelah beberapa lama, pada akhirnya IgM dan IgA nya juga sangat menurun, tinggal IgG yang dominan. Maka akhirnya jadi sama.

Muncul pertanyaan, kok beda banget hasilnya? Karena situasi, maka pengembangan metode itu masih beragam. Maka kemudian WHO membuat satu serum standard.

Semua pengembang metode, diminta mengukurnya. Hasilnya, keluar angka konversi dari satuan masing-masing ke satuan BAU/mL versi WHO. Agar dapat saling diperbandingkan.

Baca juga : Hati-hati, Komorbid Bisa Bikin Covid Kumat Lagi

Maka langkah pertama, hitung dulu dengan angka konversi, ketemu angka dalam satuan WHO, baru dibandingkan.

"Belum ada kesepakatan soal angka yang dibutuhkan. Yang ada, baru laporan awal. Untuk mencegah gejala ringan, ada  pada angka 18 BAU/mL. Dalam penelitian tersebut, dirinci lagi per jenis gejala, tapi kisarannya memang pada angka 18 BAU/mL tersebut," terang Tonang, yang juga konsultan di Unit Donor Darah PMI Surakarta dan dosen di Fakultas Kedokteran UNS.

"Namun, untuk mencegah infeksi tanpa gejala, belum ada yang berani memastikan. Untuk mengukurnya, perlu pemeriksaan langsung. Serum ditemukan dengan virus hidup, seberapa mampu menghambatnya," imbuhnya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.