Dark/Light Mode

Dinkes DKI: Covid-19 di Jakarta Sangat Terkendali, Terus Lengkapi Vaksinasi

Selasa, 28 Februari 2023 13:19 WIB
Kepala Seksi Survailans Epidemiologi dan Imunisasi Dinkes DKI Jakarta, Ngabila Salama. (Foto: Istimewa)
Kepala Seksi Survailans Epidemiologi dan Imunisasi Dinkes DKI Jakarta, Ngabila Salama. (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta mengungkapkan, sudah ditemukan 34 orang positif Covid-19 varian Orthrus Omicron CH.1.1 di Jakarta. Dari 34 orang tersebut, 21 berdomisili Jakarta dan 13 domisili luar Jakarta.

Kepala Seksi Survailans Epidemiologi dan Imunisasi Dinkes DKI Jakarta, Ngabila Salama merinci, 34 orang tersebut terdiri dari 1 balita, 28 dewasa dan 5 lansia.

"10 persen belum vaksinasi sama sekali, 15 persen sudah dosis 2 dan 75 persen sudah dosis 3," ujar Ngabila, Selasa (28/2).

Dari 34 orang tersebut, lanjutnya, 25 persen tanpa gejala, 75 persen bergejala ringan.

Baca juga : 24 RT Di Jakarta Tergenang Banjir, Tertinggi Di Kampung Melayu

"Semua sudah sembuh dan tidak ada yang meninggal atau dirawat di RS. Terakhir ditemukan positif PCR-nya tanggal 9 Februari dan sudah sembuh," jelasnya.

Ngabila bilang, kasus Orthrus pertama di Jakarta PCR positif pada 4 November 2022 dan sudah transmisi lokal.

"Untuk varian Kraken XBB.1.5 sendiri pertama kali ditemukan di Jakarta PCR positif 23 Desember 2022. Butuh waktu 8-12 minggu untuk menjadi dominan. Tapi kita lihat saat ini kondisi aman terkendali," ucap Ngabila.

Meski ada kenaikan kasus, ditegaskan Ngabila, kondisi Covid-19 Jakarta sangat terkendali. Pasalnya kasus baru tidak disertai kenaikan kematian dan perawatan RS yang signifikan.

Baca juga : PPKM Dicabut, Kemenkes Ungkap Penularan Covid-19 Tetap Terkendali

Dinkes DKI Jakarta akan terus melakukan pemanantauan selama 2 minggu ke depan.

"Kemungkinan besar kita sudah melalui puncak gelombang Kraken (XBB.1.5) pada 13-19 Februari 2023 kemarin. Karena kadar imunitas yang tinggi dan cukup merata alasa kenapa Kraken, BF.7, atau varian Omicron lainnya tidak berkembang dominan di Indonesia," bebernya.

Dia mengapresiasi kerja keras Kementerian Kesehatan beserta semua unsur di seluruh Indonesia untuk melakukan percepatan vaksinasi. Ngabila menyebut, saat ini sebagai alarm Covid-19 tidak bisa melihat dari jumlah kasus atau positivity rate lagi karena missing cases di lapangan pasti tinggi.

"Kita bisa melihat dari sentinel site sebagai mata-mata kasus pada daerah urban, suburban, rural yang representatif dan jumlah testing cukup tinggi," ucapnya.

Baca juga : Sediakan Minyak Goreng Subsidi Ke Masyarakat, Ganjar Perketat Distribusi MinyaKita

Mata-mata utama itu, terang dia, adalah angka kematian, case fatality rate (CFR), dan BOR atau keterisian tempat tidur rumah sakit. Saat ini BOR di Jakarta hanya 3 persen keterisian baik untuk isolasi dan ICU.

"Apa pun variannya, jangan panik. Cegah sakit dengan memakai masker di tempat padat, dan hindari interaksi dengan orang yang sedang sakit. Sakit pernapasan tidak hanya Covid-19 tapi ada flu, campak, TBC, dan lain-lain," pesan Ngabila.

Untuk mencegah meninggal dan komplikasi akibat Covid-19, kata Ngabila, cara yang paling efektif adalah dengan melengkapi vaksinasi Covid-19.

"Selagi ada dan gratis dari pemerintah, apalagi ada beberapa negara yang mewajibkan sudah booster, sebaiknya masyarakat antisipatif dan melakukan pencegahan sakit," tandasnya. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.