Dark/Light Mode

Agens Hayati, Cara Murah dan Aman Kendalikan Penyakit Blas pada Padi

Senin, 14 Oktober 2019 13:26 WIB
Padi/Ilustrasi (Foto: Istimewa)
Padi/Ilustrasi (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Penggunaan agens hayatisemakin diminati petani. Karena itu, Kementerian Pertanian (Kementan) terus mendorong petani agar mulai memanfaatkan penggunaan agens hayati untuk pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) pada padi.

Petugas OPT dari Balai Besar Peramalan OPT Jatisari, Kementan, Irwan mengatakan, penggunaan agens hayati ini ramah lingkungan dan mudah diperoleh bahannya. Bahkan lebih murah dan aman secara ekologis.

"Salah satu penyakit yang bisa ditangani dengan agens hayati adalah blas. Penyakit blas adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur Pyricularia oryzae. Ciri penyakit ini dapat dilihat dari gejala khasnya, blas daun berbentuk belah ketupat. Ciri penyakit blas yang lebih khas adalah warna gejalanya abu di pusat dikelilingi warna kuning kemudian coklat di bagian terluar," kata Irwan, di Karawang, Senin (14/10).

Baca juga : Pasca Penikaman, Situasi Wamena Sudah Kondusif

Irwan menjelaskan jika blas daun tidak segera ditangani bisa mengakibatkan neck blas atau patah leher. Akibatnya, malai hampa sehingga mengurangi produktifitas.

"Cara pengendaliannya dengan penggunaan paenibacillus. Selain aplikasi di persemaian dan pertanaman, paenibacillus juga diaplikasikan pada saat benih belum sebar dengan cara perendaman selama 15 sampai 20 menit,” terangnya.

Rusli, petani dari Kelompok Tani Nanjung Jaya, Desa Ujung, Jaya Kecamatan Ujung Jaya, Sumedang, mengungkapkan ladangnya pada 3 tahun lalu merupakan daerah endemis blas. Tingkat serangannya mendekati 30 persen. 

Baca juga : Kementan Dorong Pendampingan Pengembangan Korporasi Petani Padi

"Jika serangan blas berkembang menjadi teklik atau patah leher. Bisa menyebabkan berkurangnya produksi," sebutnya.

Rusli menjelaskan, untuk mengendalikan penyakit blas ini, pihaknya menggunakan paenibacillus polymyxa dengan dosis 5 cc/liter air. Pengaplikasianya yakni pada persemaian, umur 2 minggu setelah tanam (MST), 4 MST, 6 MST, dan 8 MST.

"Alhamdulillah serangan blas bisa ditekan menjadi 5 persen dan tidak berkembang menjadi patah leher. Paenibacillus lebih murah dibandingkan dengan fungisida," jelasnya. [KAL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.