Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Penumpang TransJ Numpuk di Halte dan dalam Bus, Corona Makin Mudah Menular

Senin, 16 Maret 2020 14:15 WIB
Antrean penumpang Transjakarta (Foto: Dok. Humas Transjakarta)
Antrean penumpang Transjakarta (Foto: Dok. Humas Transjakarta)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pemprov DKI Jakarta membuat kebijakan pembatasan jam operasional serta pengurangan armada transportasi publik seperti MRT, LRT, dan Transjakarta, untuk menekan penyebaran wabah Virus Corona. Sayangnya, kebijakan ini bikin situasi semakin ruwet dan mengkahwatirkan. Warga yang masih bekerja berjubelan antre panjang di halte-halte dan stasiun.      

Antrean panjang terjadi di hampir seluruh halte Transjakarta. Warga berdempetan baik di halte maupun di dalam bus. Kondisi ini kontraproduktif dan justru rentan penyebaran virus corona.      

Salah satunya, nampak antrean panjang mengular di Halte Transjakarta Adam Malik Ciledug dan di Halte Puri Beta 2 Ciledug, Senin pagi (17/3). Antrean mengular hingga ke jalan raya. Calon penumpang berbaris satu-satu karena aturannya mewajibkan ada jarak antara penumpang satu dengan yang lain.      

"Duh coba antrean kayak gini karena headway Transjakarta per 20 menit. Apa gak bikin orang mepet-mepet juga? Social distancing meassure dari mana? Tolong dipertimbangkan kebijakannya," kata salah satu warga yang ikut antre di Halte Puri Beta 2, Ciledug, Tangerang.      

Kondisi antrean serupa juga terjadi di Halte Transjakarta di Terminal Kalideres. Antrean mengular panjang hingga ke trotoar. Penumpang menyarankan, justru lebih baik menambah armada. Supaya penumpang gak numpuk. Dengan ini, social distancing akan bisa diimplementasikan. Bus Transjakarta 20 menit sekali justru bikin numpuk.         

Baca juga : Ombudsman: Langkah Pemerintah Sudah Benar

"Satu jam antre buat masuk ke halte. Belum masuk ke bus. Katanya dibatasin ya armadanya. Satu menit sekali penumpang itu berdatangan. Nggak ada pengecekan suhu tubuh juga. Numpuk begini malah potensi penularannya tinggi," kata Adhie, warga Kalideres yang kerja di daerah Kuningan, Jakarta Selatan.      

Serupa, di media sosial, warga juga mengeluh dengan membagikan foto dan video antrean yang mengular di berbagi halte. Seperti di Halte ST Jatinegara, Halte Sunter Kelapa Gading, PGC, Depok, BKN, Pondok Pinang, Lebak Bulus, dan sejumlah halte lainnya.      

"Ini saya nulis di atas TJ Kampung Melayu-Ancol. Dari sejak di Halte Jembatan Merah hingga di atas bus ini terjadi penumpukan penumpang. Apa ini tidak memudaratkan. Mungkin harusnya kebijakan pembatasan disertai dengan keputusan meliburkan karyawan jadi seimbang deh. Kalau kayak gini ya sama juga boong. Menekan supply public transportation tapi demand nya gak diurusin. Perusahaan masih banyak yang belum menerapkan work for home, akhirnya mereka yang tidak punya pilihan jadi korban," tulis seorang warga lewat akun media sosial Twitter sambil membagikan video antrian panjang dan kondisi sesaknya bus Transjakarta.      

Yang agak sepi, antrean di Halte Transjakarta Ragunan. Panjang antrean sekitar 20 sampai 30 meter. Di sinu, setiap calon penumpang, dicek suhunya dengan termo gun. Lebih dari 38 derajat, dilarang masuk. Antrian masuk ke dalam halte dibelah menjadi dua. Di sini antrean lumayan tertib.    

Tak hanya Transjakarta, antrean KRL dan MRT juga mengular panjang. Seperti di Stasiun MRT Lebak Bulus. Antrean penumpang hingga keluar dan memanjang di trotoar. Selain itu, Transjabodetabek reguler di Bekasi juga ditiadakan mulai Senin 16 Maret hingga 30 Maret 2020. Sejak pagi, di Bekasi tak nampak Bus Transjabodetabek Reguler. Para penumpang sempat ramai di halte Bekasi.      

Baca juga : APBN Kudu Mampu Topang Perekonomian Saat Corona Masuk Ke Indonesia

Kadwal Transjakarta tak lagi beroperasi 24 jam mulai hari ini hingga 14 hari ke depan. Layanan Transjakarta hanya beroperasi mulai pukul 06.00 hingga 18.00 WIB. Rute Transjakarta dikurangi menjadi hanya 13 koridor dari 248 rute yang ada. Keberangkatan akan dilakukan setiap 20 menit sekali.      

Berikut koridor Transjakarta yang tetap beroperasi hingga 14 hari ke depan dengan pembatasan-pembatasan tersebut. Koridor Blok M-Kota, Pulo Gadung 1-Harmoni, Kalideres-Pasar Baru, Pulo Gadung 2-Tosari, Kampung Melayu-Ancol, Ragunan-Halimun, Kampung Rambutan-Kampung Melayu, Lebak Bulus-Harmoni, Pinang Ranti-Pluit, PGC 2-Tanjung Priok, Kampung Melayu-Pulo Gebang, Penjaringan-Sunter Boulevard Barat, dan 13A Puri Beta-Blok M.      

Transjakarta juga mengatur jarak antrean berdiri di halte. Pengaturan jarak duduk juga dibuat di dalam bus. Tak hanya Transjakarta, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan juga mengatur layanan MRT, dan LRT. Jadwal keberangkatan MRT diubah. Anies mengatakan MRT akan berangkat setiap 20 menit. Yang semula keberangkatannya tiap 5 menit dan 10 menit. Rangkaian MRT yang setiap hari beroperasi 16 rangkaian, tinggal 4 rangkaian. Waktunya yang semula jam 5 pagi sampai jam 24:00, sekarang hanya jam 6 pagi sampai jam 6 sore.      

Untuk LRT, keberangkatan diubah menjadi 30 menit sekali. Sebelumnya, LRT beroperasi setiap 10 menit. Operasinya yang semula jam 05.30 pagi sampai jam 11 malam, diubah jadi jam 6 pagi sampai jam 6 sore. Bus sekolah dua minggu ke depan juga ditiadakan. Anies mengatakan, nantinya bus itu akan digunakan sebagai layanan untuk masyarakat.      

Anies menegaskan, ini dilakukan untuk mengurangi interaksi publik demi mencegah penyebaran Corona di Jakarta. Ia meminta semua pihak bekerja sama terkait kebijakan ini. "Ini dilakukan seiring dengan arahan untuk Jakarta mengurangi kegiatan di luar rumah. Kita benar-benar berharap ini kita kerjakan sama-sama," katanya.      

Baca juga : KBRI Terus Memantau, Ribuan WNI di Italia Utara Aman dari Corona

Menanggapi kekacauan ini, Ketua DPRD DKI Jakarta, Prasetio Edi mengkritik keras. Menurut Pras, kebijakan ini bikin masalah baru. "Ini kebijakan sebenarnya justru memicu penumpukan. Karena itu harus dan wajib petugas-petugas di sana turun langsung untuk mengurai penumpukan yang terjadi," kata Pras, dalam keterangannya kepada Rakyat Merdeka.        

Pemprov DKI Jakarta harus menimbang ulang dan mengeluarkan kebijakan yang tepat dalam kondisi penanganan virus Corona (COVID-19). Mestinya, jangan membuat masyarakat panik dengan kebijakan tersebut. Perlu ada koordinasi antara Pemprov dengan pemerintah pusat.       

"Kita pahami sekarang ini kejadian luar biasa. Penyebaran begitu cepat. Sejauh ini Pemerintah Pusat telah membentuk Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid 19 yang dipimpin langsung BPNPB. Saatnya, semua bersatu padu menghadapi situasi ini termasuk Gubernur Anies," imbau Pras. [FAQ]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.