Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Kawasan Pejalan Kaki Di Kota Tua Harus Diperluas Ke Provinsi Lainnya

Kamis, 18 Februari 2021 18:15 WIB
Kebijakan Low Emission Zone di Kota Tua jadi percontohan. (foto:net)
Kebijakan Low Emission Zone di Kota Tua jadi percontohan. (foto:net)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kebijakan Low Emission Zone (LEZ) atau Zona Emisi Rendah di Kota Tua, Jakarta diapresiasi. 

Warganet berharap provinsi lain bisa meniru kebijakan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dalam menyediakan kawasan khusus pejalan kaki. 

Diketahui, LEZ diberlakukan sejak 8 Februari 2021. Hasilnya, kualitas udara di kawasan Kota Tua kini membaik. Sebelum ada kebijakan LEZ kandungan Sulfur Dioksida (SO2) paling banyak.

Baca juga : Hari Ini Layanan Perpanjang SIM Di Jakarta Hadir Di 5 Lokasi

Ketua Relawan Kesehatan (Rekan) Indonesia, Agung Nugroho menyatakan, kawasan pejalan kaki yang diciptakan Anies bisa berdampak positif bagi warga. 

Pola hidup warga ibu kota akan berubah dari kendaraan bermotor menjadi jalan kaki. 

"Di era pandemi inikan kota butuh stamina dan udara segar. Untuk itu, LEZ sebaiknya diperluas bukan hanya di Kota Tua saja," kata Agung kepada wartawan, Kamis (18/2). 

Baca juga : Pemerintah Harus Ambisius Kurangi Emisi Karbon

Agung yakin para pengkritik LEZ nantinya baru sadar kalau kawasan pejalan kaki, seperti di Kota Tua dan Cikini mampu menekan polusi udara di ibu kota. 

Seperti diberitakan, Kandungan Sulfur Dioksida (SO2) biasanya paling banyak ditemui di kawasan Kota Tua sebelum diterapkannya kebijakan LEZ. 

Namun, berdasarkan hasil pengukuran, kadar SO2 dapat ditekan setelah diterapkannya kebijakan yang membatasi lalu lalang kendaraan bermotor itu. 

Baca juga : Ratusan Korban Banjir Di Kudus Masih Bertahan Di Pengungsian

"SO2 itu yang diproduksi oleh kendaraan berbahan bakar solar. Tanggal 6 (Februari) itu berjumlah 58, tanggal 7 (Februari) 53, nah di tanggal 8 (Februari) berkurang jadi 49," ujar Kepala Seksi Pengawasan dan Pengendalian Dampak Lingkungan dan Kebersihan Suku Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Barat, Kamin.

Kadar debu yang ada di Kota Tua juga berkurang. "Indeks PM 2,5 itu mengukur debu-debu yang sangat kecil, nggak kelihatan. Di tanggal 6 jumlahnya 28, di tanggal 7 jumlahnya 22, tapi tanggal 8 jadi berkurang ke 18," jelasnya. [FIK]
 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.