Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
RM.id Rakyat Merdeka - Jika tak ada yang berubah, akhir abad ini, bumi akan mengalami suhu antara 3 sampai 4 derajat Celsius. Untuk itu, Indonesia juga diminta berkontribusi. Yakni, dengan meningkatkan target lebih ambisius melawan perubahan iklim global.
Nirarta Samadhi, Direktur World Resources Institute (WRI) Indonesia menyebut, kontribusi nasional Indonesia saat ini, bersama negara-negara lain, tidak cukup membawa bumi bertahan dengan peningkatan suhu global. Targetnya, di bawah 1,5 derajat Celsius.
"Tinggal kita mengikuti apa yang dirancang pemerintah sebagai skenario ambisius pembangunan rendah karbon," kata Nirarta, dalam diskusi virtual bertajuk "Time for Decisive Action: Kontribusi Indonesia dalam Perjuangan Perubahan Iklim Dunia", yang digelar Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), Kamis sore (11/2).
Baca juga : DPR Minta Pemerintah Temukan Langkah Solutif Atasi KKB Di Papua
Kata dia, saat ini sebenarnya pemerintah sudah tahu, program apa saja yang harus dilakukan. Yang diperlukan adalah, dorongan dan keinginan politik, untuk bersedia melakukannya dengan lebih keras. Sebagai contoh, transisi ke energi terbarukan. "Segera berhenti gunakan batubara," dia mengingatkan.
Sebelumya, Indonesia meratifikasi Perjanjian Iklim Paris pada 2016. Dengan target penurunan emisi dalam Kontribusi yang Ditetapkan Secara Nasional (Nationally Determined Contributions/NDC) sebesar 29 persen dan 41 persen dengan bantuan pihak internasional.
Direktur Climate Policy Initiative, Tiza Mafira menambahkan, saat ini telah ada regulasi yang baik. Salah satunya, target bauran Energi Baru dan Terbarukan (EBT) sebesar 23 persen pada 2025. Menurutnya, target itu sebenarnya cukup ambisius. "Namun belum dibarengi pengurangan energi batubara," ujar Tiza.
Baca juga : Pemerintah Jamin Pasokan Gula Rafinasi Aman Hingga Akhir Tahun
Dia menjelaskan, saat ini angka yang dicapai masih terbilang fluktuatif, antara 9-12 persen. Penyebabnya, karena belum ada rencana yang jelas untuk melepas batubara. Lebih lanjut, kata dia, target bauran EBT terus meningkat. "Tapi batu bara juga meningkat terus," jelasnya.
Dari pihak legislatif, Anggota Komisi VII DPR Dyah Roro Esti mengatakan, lembaganya terus mendorong transisi ke EBT. Meski untuk prosesnya saat ini tidak dapat langsung dilakukan peralihan ke sumber energi tersebut. Melainkan dengan pendekatan ramah lingkungan.
Menurutnya, seluruh anggota di komisinya, berkomitmen yang sama untuk merealisasikan transisi energi. Terlebih untuk ekonomi nasional, yang tadinya sangat tergantung pada bahan bakar fosil, menjadi energi yang sifatnya lebih ramah lingkungan.
Baca juga : Kudeta, Facebook Kurangi Distribusi Konten Militer Myanmar
Komisi VII, kata Esti, saat ini tengah mendorong regulasi berupa Rancangan Undang-Undang (RUU) EBT. Saat ini, RUU itu telah dimasukkan ke dalam Program Legislasi Nasional (Prolegnas) Prioritas 2021. "Target kita, Oktober ini sudah bisa selesai dan diketok (disahkan jadi UU)," jelasnya.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya