Dark/Light Mode

Omicron Jangan Diremehin

Jubir Satgas Covid: Waspada Tren Kasus Kematian Perlahan Di Vietnam

Selasa, 11 Januari 2022 18:48 WIB
Juru Bicara Satgas Covid-19 Prof. Wiku Adisasmito (Foto: YouTube)
Juru Bicara Satgas Covid-19 Prof. Wiku Adisasmito (Foto: YouTube)

RM.id  Rakyat Merdeka - Juru Bicara Satgas Covid-19 Prof. Wiku Adisasmito menyampaikan, saat ini terjadi kenaikan kasus positif yang sangat signifikan di tingkat global, dalam dua minggu terakhir.

Per tanggal 7 Januari 2002, penambahan kasus positif dilaporkan menyentuh angka 2,7 juta kasus dalam sehari.

Perkembangan angka ini tergolong sangat tinggi, mengingat pada Desember 2021, penambahan kasus hanya berkisar 500-600 per hari.

“Angka ini juga sudah melampaui rekor tertinggi pada masa lonjakan kasus sebelumnya, yang hanya mencapai 1 juta kasus dalam sehari,” kata Wiku dalam konferensi pers virtual, Selasa (10/1).

Baca juga : Pelancong Dari Luar Negeri Wajib Taat Karantina Dong!

Saat ini, setidaknya ada 12 negara yang mencatat kenaikan kasus mingguan, dengan angka yang sangat tajam. Melebihi kenaikan pada gelombang sebelumnya.

Kasus mingguan di Kanada naik 19 kali lipat dari 16 ribu menjadi 300 ribu, AS 10 kali lipat dari 500 ribu menjadi 5 juta, Australia 6 kali lipat dari 9.000 menjadi 550 ribu, Inggris 4 kali lipat dari 300 ribu menjadi 1,2 juta.

Negara Eropa lainnya seperti Prancis, naik 36 kali lipat dari 50 ribu menjadi 1,8 juta. Italia 11 kali lipat dari 90 ribu menjadi 1 juta kasus, Jerman 2 kali lipat dari 150 ribu menjadi 350 ribu, Belanda 2 kali lipat dari 85 ribu menjadi 160 ribu.

Tidak hanya di Amerika dan Eropa, beberapa negara Asia terutama Asia Tenggara juga mengalami tren kenaikan. Misalnya, Jepang. Kasus mingguan di Negeri Sakura naik 10 kali lipat dari 30 ribu menjadi 300 ribu.

Baca juga : Omicron Masuk Indonesia, Satgas Covid: Harus Jadi Alarm Kewaspadaan

Di kawasan Asia Tenggara, kasus mingguan di Vietnam naik 5 kali lipat dari 24 ribu menjadi 136 ribu, Thailand 3 kali lipat dari 16 ribu menjadi 40 ribu, Singapura 2 kali lipat dari 2.000 menjadi 5.000.

Kenaikan kasus global yang sangat tinggi ini harus diwaspadai, terlebih kenaikan juga teramati di sejumlah negara yang dekat dengan Indonesia.

Sejauh ini, kenaikan kasus di negara-negara tersebut tidak disertai dengan meningkatnya angka kematian yang signifikan. Meski ada tren kenaikan angka kematian perlahan di beberapa negara, seperti Vietnam.

“Ini menjadi pembelajaran bagi kita, bahwa meskipun Omicron dilaporkan hanya menimbulkan gejala ringan bahkan tak bergejala, ada banyak faktor yang mempengaruhi angka kematian,” jelas Wiku.

Baca juga : Satgas Waspada Investasi Stop Operasi Rechain Digital Indonesia

Beberapa faktor yang perlu dianalisis lebih lanjut terkait upaya menekan angka kematian adalah ketersediaan fasilitas kesehatan, ketahanan tenaga kesehatan, kekebalan komunitas pasca vaksinasi, hingga keberadaan populasi rentan.

“Adanya proporsi varian lain seperti Delta, dibanding Omicron juga perlu ditelaah. Mengingat varian yang berbeda karakteristiknya, juga akan berbeda dalam infeksinya,” pungkas Wiku. [HES]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.