Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

BKKBN Ingatkan Merokok Sebabkan Stunting

Kamis, 20 Januari 2022 20:04 WIB
Webinar Sosialisasi Pemahaman Hubungan Perilaku Merokok dan Stunting untuk BKKBN Perwakilan Provinsi dan Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang digelar Kamis (20/1) siang. (Foto: Istimewa)
Webinar Sosialisasi Pemahaman Hubungan Perilaku Merokok dan Stunting untuk BKKBN Perwakilan Provinsi dan Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang digelar Kamis (20/1) siang. (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pemerintah dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024 menargetkan penurunan prevalensi stunting pada balita menjadi 14 persen. Selain itu pemerintah juga ingin menurunkan persentase perokok usia 10-18 tahun menjadi 8,7 persen.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo menuturkan, paparan asap rokok meningkatkan risiko stunting pada anak berusia 25-59 bulan sebesar 13.49 kali.

"Paparan asap rokok juga meningkatkan terjadinya ectopic pregnancy dan sudden infant death syndrome," katanya dalam webinar Sosialisasi Pemahaman Hubungan Perilaku Merokok dan Stunting untuk BKKBN Perwakilan Provinsi dan Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang digelar Kamis (20/1) siang.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi balita stunting di Indonesia turun dari 37,2 persen (2013) menjadi 30,8 persen (2018). Prevalensi Baduta (bayi di bawah dua tahun) stunting juga mengalami penurunan dari 32,8 persen (2013) menjadi 29,9 persen (2018).

Baca juga : Kenaikan Yield Obligasi AS Tekan Rupiah

Namun demikian, angka tersebut masih jauh lebih tinggi dari batas toleransi WHO, yaitu 20 persen untuk stunting. Hal ini menggambarkan bahwa stunting merupakan permasalahan gizi nasional yang harus mendapatkan perhatian khusus, termasuk mengendalikan konsumsi rokok yang juga berhubungan dengan seorang anak menjadi stunting.

Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan (Latbang) BKKBN, Muhammad Rizal Martua Damanik mengatakan, Peraturan Presiden Nomor 72 yahun 2021 mengamanatkan perlunya sinergitas dan kolaborasi bersama pihak dalam percepatan penurunan stunting.

"Konsumsi rokok diketahui merupakan penyebab stunting, baik secara langsung melalui paparan asap rokok pada anak sejak masa kandungan, maupun secara tidak langsung. Rokok juga berdampak buruk pada ekonomi keluarga yaitu belanja rokok mengurangi biaya belanja makanan bergizi," terangnya.

BKKBN pada tingkat provinsi hingga Tim Pendamping Keluarga (TPK) memiliki andil penting dalam meneruskan kampanye edukasi ini kepada masyarakat dalam mendukung program percepatan  penurunan stunting.

Baca juga : Gerakan HaloPuan Ajak Kaum Ibu Lawan Stunting

Ketua Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia (PKJS-UI), Aryana Satrya mengungkapkan, perilaku merokok orang tua juga berpengaruh terhadap intelegensi anak secara tidak langsung. Disaat bersamaan, Indonesia akan menghadapi bonus demografi pada tahun 2030. 

"Bonus demografi tidak bisa  dimanfaatkan jika kesehatan anak dan  pemuda buruk," ujarnya.

Penelitian PKJS-UI tahun 2018 menunjukkan peningkatan pengeluaran rokok yang dibarengi oleh penurunan pengeluaran makanan sumber protein dan karbohidrat akan memiliki dampak jangka panjang terhadap kondisi stunting anak.

Pengajar dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Bernie Endyarni Medise menerangkan, terdapat kaitan antara perilaku merokok dengan kejadian stunting pada anak sejak dalam masa kandungan.

Baca juga : IBSW Puji KSP Moeldoko Turung Langsung Atasi Stunting

Orangtua perokok menyebabkan secondhand smoke yang memberi efek langsung pada tumbuh kembang anak.

"Toxic rokok ini mempengaruhi prenatal dan postnatal, laki-laki yang program ingin punya anak berhenti dulu merokok selama 70 hari sebelum konsepsi karena toxic-nya bisa menurunkan kualitas sperma," katanya. [OSP]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.