Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Peringkat ESG Pertamina Naik, Jadi Nomor Satu Dunia
- Pemberdayaan Wanita Dan Kesetaraan Gender Perkuat Aksi Mitigasi Perubahan Iklim
- Setelah 111 Tahun, Klub Legenda Pele Terdegradasi Dari Liga Teratas Brasil
- 5 Strategi Petrokimia Gresik Minimalisir Emisi Karbon 1,2 Juta Ton Setahun
- Cara Gibran Atasi Stunting di Daerah Kumuh: Perbaiki Sanitasi & Bedah Rumah
Rusia-Ukraina Perang, Indonesia Jangan Lengah Awasi Laut Natuna Utara
Jumat, 25 Februari 2022 21:21 WIB

RM.id Rakyat Merdeka - Oleh: Dr. Susaningtyas NH Kertopati
Perang antara Ukraina melawan Rusia meletus seperti banyak diperkirakan oleh para pakar dan pengamat. Konflik menahun sejak wilayah Ukraina di Krimea diduduki Rusia pada tahun 2014 berujung serbuan Rusia di bagian Timur Ukraina.
NATO, yang dipimpin Amerika Serikat, ternyata gagal melaksanakan diplomasi pertahanan untuk mencegah perang. Kepentingan NATO juga belum tentu dibuktikan untuk membela Ukraina sebagai salah satu anggotanya. Boleh dikatakan, sejak 2014, NATO tidak memberikan reaksi yang proporsional terhadap Rusia. Strategi pendangkalan NATO juga tidak efektif mencegah Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan operasi militer secara masif.
Baca juga : Komite Olimpiade Indonesia Matangkan Persiapan SEA Games Vietnam
Perang yang terjadi di Balkan saat ini masuk dalam kategori "perang asimetris" dari perspektif ilmu pertahanan. Rusia adalah kekuatan yang superior dan Ukraina adalah kekuatan yang inferior. NATO berusaha menancapkan kekuasaannya di Ukraina yang secara geografis berbatasan langsung dengan Rusia.
Perbandingan kekuatan militer dan anggaran perang jelas dimiliki Rusia. Di atas kertas, Rusia pasti ingin melaksanakan perang dalam waktu secepat-cepatnya. Sementara, Ukraina pasti melancarkan perang berlarut.
Sejarah menunjukkan bahwa kekuatan superior seperti Rusia ternyata kalah di Afghanistan. Amerika Serikat juga kalah di Vietnam dan Afghanistan.
Baca juga : PSS Sleman Waswas Masuk Zona Degradasi
Dengan demikian, ada beberapa skenario yang dapat ditempuh dunia internasional untuk mengakhiri perang. Pertama, gencatan senjata dan turun tangannya PBB. Kedua, NATO mengerahkan kekuatan penuh mengalahkan Rusia dan memukul Rusia di wilayahnya sendiri. Ketiga, Ukraina menang perang berlarut.
Patut diwaspadai oleh Pemerintah Indonesia adalah dampak perang bagi perekonomian Indonesia. Sejumlah langkah strategis harus disiapkan secara matang mengantisipasi kemungkinan terburuk bagi kondisi sosial-politik di Indonesia. Jadi, efek dominonya yang paling penting adalah harga pangan impor naik diikuti kenaikan barang lokal, biaya logistik melonjok, harga BBM menanti subsidi yang lebih besar, lonjakan harga minyak tak dapat dihindari.
Selain antisipasi di dalam negeri, maka Indonesia juga harus waspada kemungkinan negara tertentu mengambil kesempatan ketika dunia internasional sibuk menghadapi Rusia. Gelar operasi militer di Laut Natuna Utara harus tetap dilaksanakan. Jangan sampai terjadi serangan mendadak yang dapat merugikan pertahanan Indonesia.
Baca juga : Rusia-Ukraina Perang, Rupiah Masih Aman
Hal yang penting, Pemerintah kita harus segera mengevakuasi WNI di Ukraina.***
Penulis: Pengamat Pertahanan dan Militer
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya