Dark/Light Mode

Peringati Hardiknas, Firli Kenang Perjuangan Masa Sekolah Hingga Jabat Ketua KPK

Kamis, 5 Mei 2022 12:33 WIB
Ketua KPK Firli Bahuri. (Foto: Humas KPK)
Ketua KPK Firli Bahuri. (Foto: Humas KPK)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri meyakini, pendidikan menjadi senjata ampuh dan utama untuk mengubah keadaan.

Kondisi seperti kebodohan, kemiskinan, keterbelakangan, kebatilan, termasuk sikap dan perilaku koruptif dapat diperangi melalui pendidikan, formal maupun informal.

"Hanya dengan pendidikanlah, hal-hal buruk tersebut dapat diberantas tuntas sampai ke akar-akarnya," kata Firli dalam keterangan tertulis, Kamis (5/5).

Keyakinan itu ia dapati dari hasil pembacaannya terhadap sejarah perjalanan bangsa Indonesia yang semakin dihormati dunia, seiring meningkatnya kualitas pendidikan.

Baca juga : Polda Siagakan Polantas di Tempat Wisata dan TPU

Di samping itu, petuah orang tua yang terbukti ampuh hingga mengantarkan Firli jadi Ketua KPK turut mempertebal keyakinan tersebut.

"Ibu saya berpesan tentang betapa pentingnya pendidikan untuk mengubah keadaan, khususnya kondisi ekonomi yang sangat sulit saat itu," ungkapnya.

Bungsu dari enam bersaudara ini diketahui berasal dari keluarga petani miskin di pelosok dusun, Sumatera Selatan. Ayahnya meninggal saat ia masih kecil. Namun berkat dorongan petuah sang Ibu, ia tak pernah patah arang. Justru keterbatasan itu ia jadikan pemacu semangat, pelecut tekad, untuk terus bersekolah setinggi-tingginya.

"Berat dan perih memang. Di kala teman SD berangkat diantar orang tua atau saudaranya dengan sepeda, saya berjalan kaki "nyeker" (tanpa alas) pergi dan pulang sejauh 16 km setiap hari," tuturnya.

Baca juga : Peringati Hari Internasional Al-Quds, Iran serukan Pembebasan Palestina

Firli terpaksa melakukan itu karena tak mampu beli sandal apalagi sepatu. Saking melaratnya, ia bahkan terpaksa membayar SPP dengan cara barter buah kelapa atau durian. "Alhamdulillah kepala sekolah menerima," kenangnya. 

Begitu pula masa SMP dan SMA. Hari-hari ia lalui dengan kerja keras demi menyonsong harapan di masa depan. "Masa SMA, saya ikut kakak mengontrak di dekat SMA 3 Palembang, dan saya ingat betul setiap pulang sekolah, bersama kakak kami mencari ikan di rawa untuk ditukar dengan pisang serta beras ketan," bebernya.

Beras dan ketan lantas dibuat pepes ketan. Firli bertugas menjualnya ke warung atau berkeliling dari kampung ke kampung.

Tentu saja hasil usaha tersebut belum mencukupi keperluan sekolah Firli. Karenanya, ia juga bekerja sampingan sebagai pembantu rumah tangga, tukang cuci mobil, juga menjual spidol di Taman Ria Palembang.

Baca juga : Pelita Air Rilis Penerbangan Perdana Reguler Rute Jakarta-Bali

"Tamat SMA saya yang jelas tidak memiliki uang untuk melanjutkan jenjang pendidikan di universitas, mendaftarkan diri ikut sekolah yang dibiayai negara yakni Akabri. 3 kali saya daftar, 3 kali juga gagal diterima," ungkap Firli.

Firli kemudian memutuskan masuk sekolah bintara, dan lulus jadi anggota polisi berpangkat Sersan. Uniknya, meski sudah bekerja, Firli tak lantas melupakan petuah Ibu. Ia putuskan untuk ikut kembali tes Akabri yang keempat hingga kelima kalinya, namun tetap gagal.

"Barulah kesempatan yang ke-6 tahun 1987 saya bisa diterima Capratar (calon prajurit Taruna). Sejak diterima Capratar, Firli mengakui kesempatan mengenyam pendidikan tinggi dan berkarir terbuka lebar. Ia mengikuti pendidikan sebagai perwira polisi," beber eks Kabaharkam Polri ini.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.