Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Pentingnya Mengasah Political Sense Bagi Praktisi PPGA Jelang Pemilu 2024

Sabtu, 23 Juli 2022 06:15 WIB
Peserta diskusi Looking Ahead for 2024 Election, di T-Hub by Tokocrypto, Jakarta, Jumat (22/7)/Ist
Peserta diskusi Looking Ahead for 2024 Election, di T-Hub by Tokocrypto, Jakarta, Jumat (22/7)/Ist

RM.id  Rakyat Merdeka - Mengasah political sense menjadi hal penting bagi praktisi Public Policy and Government Affairs (PPGA) menghadapi tahun politik. Hal itu akan memperkuat praktisi PPGA dalam beradaptasi, khususnya terhadap pergantian kekuasaan politik melalui Pemilu 2024.

Founder Indonesia Public Policy & Government Affairs (IPPGA) Group Arief Budiman mengatakan, Indonesia akan memasuki pesta demokrasi lima tahunan pada 2024. Untuk menyongsong momen tersebut, praktisi atau profesi PPGA memiliki 5 pilar yang harus dikuasai.

Apa saja? Yakni memahami kebijakan publik, politik, corporate communication, diplomacy (corcomacy), dan memahami aspek bisnis secara komprehensif.

“Karena profesi ini memiliki potensi besar dan penting sebagai think tank dan ‘diplomat’ organisasi terhadap pemerintahan, baik eksekutif maupun legislatif,” ujar Arief dalam diskusi Looking Ahead for 2024 Election, di T-Hub by Tokocrypto, Jakarta, Jumat (22/7).

Arief menjelaskan, aspek politik memiliki unsur penting dalam menjaga stabilitas. Berbicara politik akan erat kaitannya dengan pemahaman utuh terhadap kekuasaan.

Pada dasarnya, setiap sistem politik melahirkan kebijakan publik bagi keberlangsungan dunia usaha. Perubahan kekuasaan politik, secara siklus lima tahunan atau setelah 10 tahun karena dua periode berkuasa, umumnya akan mengubah arah kebijakan politik maupun ekonomi.

Baca juga : Taruna Merah Putih Jakarta Siap Menangkan PDIP Di 2024

“Karena perubahan adalah keniscayaan. Maka, perlu mengasah political sense. Mereka (praktisi PPGA) harus cepat beradaptasi dengan perubahan, termasuk menghadapi perubahan kepemimpinan 2024,” jelas Arief.

Dengan mengasah political sense dalam menyongsong perubahan kepemimpinan Indonesia, praktisi PPGA akan lebih siap menyusun scenario planning bagi kepentingan perusahaan.

Kepentingan perusahaan akan disesuaikan dengan analisa politik yang mendalam dari para kandidat popular, yang siap beradu ide terbaik dalam kontestasi politik tersebut.

Bahkan, lanjut Arief, dengan diasahnya political sense, akan mampu menganalisa empat fundamental dari kondisi politik saat ini. Yaitu bentukan bangun koalisi partai, bagaimana tokoh-tokoh kandidat populer calon presiden dan calon wakil presiden berpengaruh terhadap kohesi sosial politik, konsesi distribusi kekuasaan, dan fokus kebijakan ekonomi.

Nah, nanti dari nama-nama yang muncul adakah yang memiliki visi bermakna untuk Indonesia, bagaimana mereka memandang industri ke depan, rencana kebijakan ke depan, apa dampak konstelasi politik bagi bisnis di sektor industri, baik itu sektor migas, tambang dan lain-lain.

“Itu semua bisa dianalisis dari karakter nama-nama populer tersebut,” tuturnya.

Baca juga : Kader PPP Diminta Tak Rusak Soliditas Partai Songsong Pemilu 2024

Founder sekaligus Chief Executive Officer (CEO) IGICO Advisory Neneng Herbawati mengatakan, peran PPGA semakin penting di tengah volatility, uncertainty, complexity dan ambiguity (VUCA). Ini mengacu pada lingkungan bisnis yang semakin bergejolak dan kompleks, dan semakin tidak pasti di tengah berbagai kebijakan Pemerintah dan situasi global yang kian tidak menentu.

Peneliti senior Litbang Kompas Toto Suryaningtyas menggambarkan kondisi politik di Indonesia secara umum. Yaitu, relatif stabil, ‘dewasa’, sangat dinamis, bahkan seringkali transaksional. Namun pada saat yang sama, bagaimana supaya menang.

Kendati begitu, timbul persoalan karena tahun politik yang datang lebih awal dan turut membawa ketidakpastian, menjadi kekhawatiran dan didorong media menjadi gagasan subjektif.

Seperti kekhawatiran akan inflasi tinggi akibat konflik geopolitik di Eropa, atau kebangkrutan seperti yang dialami Sri Lanka. Sehingga praktisi PPGA dituntut semakin getol mengasah political sense.

“Politik itu bisa dimengerti sebagai cara praktis untuk siapa, mendapat apa, dan bagaimana terkait dengan kekuasaan. Tapi juga bisa main politik dalam menyelesaikan masalah,” ujarnya.

Chief Operating Officer (COO) Tokocrypto Teguh Kurniawan Harmanda menambahkan, diskusi ini diselenggarakan agar praktisi PPGA dapat saling bertukar pemikiran dan berbagi pengalaman. Guna memperkuat perputaran gagasan terkait kebijakan pemerintah, sekaligus dinamikanya dari masing-masing industri.

Baca juga : Kondisi Mengkhawatirkan, Krisis Pangan Perlu Diwaspadai

Sebab, sebagai salah satu industri yang sangat dekat kaitannya dengan ekosistem kebijakan publik dan pemerintahan, Tokocrypto berpandangan, tidak ada ilmu dan pengalaman terbaik. Selain dari mereka yang hampir setiap hari mengelola hubungan perusahaan dengan pemerintahan, yaitu praktisi PPGA.

Dia meyakini, hubungan pemerintahan adalah investasi sosial-politik yang sangat penting bagi dunia usaha. Tidak cuma melulu tentang mengurus perizinan.

Tetapi juga mencari dan belajar tentang praktik bagaimana peran PPGA ini dapat optimal memberikan nilai bagi kepastian, keamanan, stabilitas dan keberlangsungan. ■

 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.