Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Kondisi Mengkhawatirkan, Krisis Pangan Perlu Diwaspadai

Rabu, 13 Juli 2022 17:04 WIB
Foto: Ist.
Foto: Ist.

RM.id  Rakyat Merdeka - Kondisi pangan global saat ini sedang tidak baik-baik saja. Untuk itu, perlu diwaspadai kemungkinan terjadinya krisis pangan.

Guru Besar Pertanian Universitas Lampung Prof Bustanul Arifin optimistis krisis pangan yang dikhawatirkan muncul menyusul perang Rusia-Ukraina dan pandemi Covid 19 tidak akan separah krisis serupa pada 2008.

"Secara produksi tidak begitu berpengaruh tetapi justru kita akan kesulitan CO2 yang membuat banyak tanaman tidak tumbuh," ungkapnya dalam Forum Group Discussion (FGD) bertajuk 'Krisis Pangan Global Mengintai, Bagaimana Indonesia' yang digelar Divisi Humas Polri, di Jakarta, Rabu (13/7).

Baca juga : Livoli Divisi I Siap Gelar Kejurnas Tahunan Di Tabanan Bali

Menurutnya, yang tidak kalah penting adalah inflasi yang berlebihan di sektor pangan. "Ini nampaknya yang perlu diwaspadai kenaikan harga-harga pangan sehingga tidak terjangkau masyarakat," tegasnya.

Kepala Litbang Kementerian Pertanian (Kementan) Fadjri Djufri yang diwakili Priatna Sasmita sebagai Kepala Pusat Penelitian Tanaman Pangan mengatakan, krisis pangan mungkin terjadi karena supply pangan turun, adanya peningkatan permintaan sehingga menjadikan pangan langka dan mahal.

Priatna menegaskan, menghadapi kemungkinan tersebut strategi yang dilakukan pemerintah adalah melakukan peningkatan produksi pangan, pengembangan pangan substitusi impor, dan peningkatan nilai tambah dan daya saing ekspor.

Baca juga : Binawan Berangkatkan 22 Tenaga Kesehatan Ke Kuwait

Menurut Priatna, nilai ekspor pertanian mencapai Rp 390,16 triliun (2019), Rp 451,77 triliun (2020), dan Rp 625,04 triliun (2021).

Adapun neraca di 2020 mencatat 5,94 juta ton surplus awal, produksi beras 31,33 juta ton, konsumsi 29,37 juta ton, stok Bulog 511 ribu ton.

Total surplus akhir 2020 7,39 juta ton. Sedangkan target neraca 2021 surplus awal 7,39 juta ton, produksi beras 31,82 juta ton, konsumsi 29,58 juta ton. surplus akhir 9,63 juta ton.

Baca juga : Kebangkitan Singa Atlas

"Produktivitas padi/gabah indonesia tahun 2018 5,19 juta ton gabah kering giling (GKG) per hektar (kedua terbesar dari 9 negara FAO). Hanya kalah dari Vietnam 5,82 juta ton per hektar," ungkapnya.

Direktur Supplay Chain Perum Bulog Mukhamad Suyamto mengaku Bulog menyiapkan stok pangan minimal 3 bulan di tiap-tiap provinsi. Hanya saja diakuinya stok dimaksud lebih banyak berbentuk beras. "Ini sesuai penugasan kepada Bulog," kata Suyamto.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.