Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Berbangsa Dan Bernegara Merupakan Fitrah Manusia Yang Harus Dirawat

Senin, 29 Agustus 2022 15:12 WIB
Imam Besar Masjid Al-Markaz Al-Islami Makassar, KH Muammar Muhammad Bakry (Foto: Istimewa)
Imam Besar Masjid Al-Markaz Al-Islami Makassar, KH Muammar Muhammad Bakry (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Mencintai Tanah Air bagian dari ajaran agama Islam. Karena itu, persatuan dan kesatuan bangsa harus dirawat. Agama melarang perbuatan yang merusak tatanan dan memecah persatuan dan kesatuan.

Demikian dikatakan Imam Besar Masjid Al-Markaz Al-Islami Makassar, KH Muammar Muhammad Bakry, menanggapi maraknya narasi negara thagut serta nasionalisme haram di tengah suasana Peringatan Hari Kemerdekaan ke-77 RI. Ia menegaskan, berbangsa dan bernegara merupakan fitrah manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT.

Baca juga : Pasar Rakyat Indonesia Meriahkan Akhir Pekan Di Brunei

“Bernegara dan berbangsa itu sesungguhnya fitrah manusia. Itu kan juga tertuang dalam Al-Qur'an Surah Al Hujurat, Jadi, kalau ini dianggap sebagai thagut atau kafir, sesungguhnya itu sudah menyalahi kodrat Ilahi, kodrat sebagai manusia ataupun naluri manusia,” ujar Muammar Bakry, seperti keterangan yang diterima redaksi, Senin (29/8).

Guna mematahkan narasi negara kafir dan nasionalisme haram, dirinya menjelaskan, tidak ada yang secara baku atau ditentukan oleh Nabi terkait praktik ataupun konsep yang ditawarkan dalam Al-Qur'an maupun hadist terkait model negara. Yang ada hanya prinsip-prinsip berbangsa dan bernegara. “Misalnya musyawarah, keadilan, kemanusiaan. Itulah yang harus dibangun,” jelas pimpinan Pondok Pesantren Multidimensi Al-Fakhriyah Makassar ini.

Baca juga : Yang Memberatkan APBN Itu Pejabat Yang Korupsi

Ia menilai, bahwa Pancasila sejatinya persis dengan yang ditawarkan Nabi Muhammad SAW dalam konsep Piagam Madinah. Pancasila merupakan sebuah kemahiran para founding fathers bangsa ini dalam memformulasi dasar negara. Sehingga, narasi terkait haramnya negara dan praktik nasionalisme penting untuk diluruskan. “Mereka menggunakan dalil dengan pemahaman yang keliru, maka tentunya kita luruskan dengan dalil yang sama,” kata Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar ini.

Ia menambahkan, kelompok yang kerap merongrong Pancasila dengan dalil keharamannya diduga memang tidak memahami makna ayat-ayat Al-Qur-an. Mereka juga sengaja merusak pemahaman moderat dan persatuan anak bangsa.

Baca juga : Advokat Johannes L Tobing Resmi Daftar Calon Ketua Peradi Jaktim

Ia berharap kepada segenap tokoh agama dan Pemerintah mampu lebih proaktif dalam menarasikan wacana keagamaan yang moderat, sebagai jihad untuk kemajuan bangsa. “Jangan sampai kita menjadi silent majority. Kita tertidur, padahal masyarakat kita ini sedang membutuhkan wacana-wacana ke-Islaman yang sejuk. Harus ada keberanian sebagai jihad kita untuk menarasikan lebih masif wacana-wacana keislaman itu,” pungkas Muammar.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.