Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Pasca Status Pandemi Dihapus

Covid-19 Masih Bisa Lahirkan Varian Baru

Selasa, 11 Oktober 2022 07:40 WIB
Pakar mikrobiologi klinik Amin Soebandrio. (Foto: Satgas Covid-19)
Pakar mikrobiologi klinik Amin Soebandrio. (Foto: Satgas Covid-19)

RM.id  Rakyat Merdeka - Indonesia sebentar lagi akan menghapus status pandemi Covid-19 dengan mengubahnya menjadi endemi.

Dengan berakhirnya status tersebut, masyarakat diharap­kan tetap melanjutkan kebiasaan penerapan protokol kesehatan serta pola hidup bersih dan sehat.

Pakar mikrobiologi klinik Amin Soebandrio menjelaskan, akhir pandemi Covid-19 bukan berarti kasus penularan sudah selesai. Bahkan ketika status pandemi nanti dicabut, transmisi tetap terjadi. Bahkan, berpotensi melahirkan varian baru.

“Kalau ditanya kemunculan varian baru tentu masih dimung­kinkan, karena mutasi itu berjalan terus,” ujar Amin menjawab pertanyaan Rakyat Merdeka saat diskusi virtual, kemarin.

Baca juga : Duta Damai Papua Harus Mampu Ciptakan Perdamaian Dan Persatuan

Namun demikian, masyarakat tidak perlu khawatir berlebihan. Soalnya, varian baru yang nanti muncul kemungkinan besar tidak sekuat awal pertama kali muncul.

Pakar mikrobiologi Universitas Indonesia ini mengibaratkan suatu genom virus seperti lapangan yang besar lalu dibagi-bagi dalam kotak-kotak 100 dikali 100.

“Nah, misalnya mutasi terjadi secara acak di kotak-kotak yang ada, maka semakin banyak kotaknya semakin kecil ukuran­nya. Begitu juga dengan mutasi virus yang semakin banyak akan semakin kecil kekuatannya,” papar dia.

Apalagi jika sudah banyak masyarakat yang telah menerima vaksin, maka kesempatan virus menemukan lokasi untuk bermutasi akan bertambah kecil pula.

Baca juga : Bamsoet Temani Diplomasi Jalan Pagi Airlangga-Puan

Dari berbagai laporan, pihaknya menyimpulkan, dari sekian banyak mutasi itu, sekitar 30-40 persen justru menyebabkan virusnya tambah lemah bukan tambah kuat.

Sekitar 30 persen menyebab­kan virusnya mati, kemudian sekitar 20 persen lagi mutasi yang terjadi tidak menyebabkan perubahan apapun.

“Ada sekitar 4-5 persen saja dari klasifikasi itu yang kemu­dian membuat si virus menjadi lebih kuat terhadap tekanan ling­kungan,” tutur Amin.

Jadi, 4 sampai 5 persen itu dari mutasi yang terjadi kalau mutasinya semakin sempit kesempa­tannya, maka yang 4 sampai 5 persen itu semakin kecil.

Baca juga : Prokes Longgar, Penyakit Yang Tak Biasa Mengintai

“Harapan kita, si virus mengi­kuti pola sehingga tidak ada mekanisme lain seperti rekom­binasi,” ucapnya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.