Dark/Light Mode

Tahun Politik, Akbar Hadi BPIP Gaungkan Konten Gemar Mulia

Kamis, 20 Oktober 2022 12:02 WIB
Direktur Sosialisasi dan Komunikasi Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) M. Akbar Hadi Prabowo. (Foto: Ist)
Direktur Sosialisasi dan Komunikasi Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) M. Akbar Hadi Prabowo. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Tagar #GemarMulia sempat menjadi trending topic di jagad Twitter Indonesia pada Selasa (18/10). Mengungguli topik hangat lain lain seperti Forever With BTS dan Ballon D'or.

Usut punya usut, Gemar Mulia itu kepanjangan dari Gerakan Masyarakat Menyebarkan Konten Mulia. Sebuah program yang digagas oleh Direktur Sosialisasi dan Komunikasi Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) M. Akbar Hadi Prabowo.

"Gemar Mulia ini branding dari rancangan proyek perubahan Grand Design Kolaborasi Penguatan Nilai-Nilai Pancasila Melalui Media Sosial. Kalimat ini saya cari dan renungkan sampai jam 2 malam, pagi jelang seminar baru dapat hahaha. Bagaimana narasi konten yang levelnya lebih bagus lagi dari positif," buka Akbar saat dijumpai.

Baca juga : Wamen Tiko Dorong BUMN Manfaatkan Tren Digitalisasi

"Sejauh ini sudah ajak salah seorang produser TV, Ketua Adeksi (Asosiasi DPRD Kota Seluruh Indonesia) Bapak Sigit K. Yunianto, akademisi, dan pihak lain untuk turut mengajak atau menghimbau  masyarakat mengunggah konten mulia," sambungnya yang sedang menjalani Diklat Kepemimpinan Tingkat I di Lembaga Administrasi Negara (LAN). 

Eks jubir handal Ditjen Pemasyarakatan ini gelisah dengan data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika, bahwa total penanganan konten negatif di media sosial per 30 April 2021 mencapai 1,24 juta konten. "Konten negatif itu antara lain ujaran kebencian, pornografi, perjudian, terorisme, SARA, berita bohong atau hoaks," beber Akbar.

Selain itu, dia merujuk laporan tahunan Microsoft bertajuk Digital Civility Index. "Bayangkan, netizen Indonesia itu dinilai paling tidak sopan se-Asia Tenggara," ceplos Akbar.

Baca juga : Pilkada DKI 2024 Akan Jadi Arena Pertarungan Bebas

Menurutnya, masalah pokok adalah lunturnya pemahaman nilai-nilai Pancasila bagi generasi muda di era digital 4.0. Jadi, alternatif solusinya adalah membanjiri perilaku mulia di medsos. Via kolaborasi dengan Kementerian/Lembaga, pemerintah daerah, akademisi, media massa, influencer, dan pihak lain. 

"Produknya adalah konten mulia dan keluhuran Pancasila yang bisa diakses 24 jam via akun medsos. Jadi masyarakat, terutama anak muda bisa mudah memahami, menghayati, dan mengamalkannya sehari-hari," jelas Akbar. 

Dia menegaskan tujuan proyek perubahan ini adalah menyusun grand design arah kebijakan nasional yang akan menjadi rujukan  konseptual dan operasional dalam upaya  penyebaran informasi terkait penanaman nilai-nilai luhur Pancasila melalui medsos.

Baca juga : PSI Konsisten Jualan Ganjar-Yenny Wahid

"Apalagi ini jelang tahun politik, mau Pemilu. Pesta Demokrasi ini seharusnya disambut dengan kegembiraan, bukan saling menjelekkan. Kan prihatin jadinya bila medsos jadi ajang domba," ujar mantan Wadir Poltekip Kemenkumham ini.

Akbar berharap istilah cebong, kampret, dan kadrun tidak akan muncul lagi terutama jelang Pemilu 2024. Dia berharap bermunculan istilah yang lebih positif dan lebih mulia.

"Yuk dari sekarang kita buat konten mulia, kalimat yang lebih kondusif, lebih edukatif, innovatif, inspiratif dan kreatif untuk Indonesia yang lebih baik dan lebih maju," tutup Akbar.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.