Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Masyarakat Mulai Resah

Heboh Etilen Glikol Mohon Dijelaskan

Jumat, 21 Oktober 2022 07:37 WIB
Etilen Glikol/Ilustrasi. (Foto: John Kevin/Getty Images/iStockphoto)
Etilen Glikol/Ilustrasi. (Foto: John Kevin/Getty Images/iStockphoto)

RM.id  Rakyat Merdeka - Di saat urusan Corona sedang sepi-sepinya, dunia kesehatan kembali dibikin geger setelah puluhan anak meninggal dan ratusan anak terpapar gangguan ginjal akut. Zat kimia bernama Etilen Glikol disebut-sebut yang menyebabkan penyakit yang bikin resah ini.

Apa sebenarnya Etilen Glikol itu? Benarkah zat yang biasa digunakan untuk radiator mobil itu, justru terkandung dalam obat cair? Pemerintah dan pihak terkait harus segera menjelaskan soal Etilen Glikol ini, karena bila dibiarkan tanpa kejelasan, masyarakat akan semakin resah dan hidup dalam ketakutan.

Etilen Glikol ini, sebelumnya sudah diungkap Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin. Sayangnya, apa itu Etilen Glikol dan seperti apa dampak dan pengaruhnya, tidak dijelaskan secara gamblang. Menkes hanya, ada tiga zat kimia berbahaya yang terkandung pada obat sirup yang dikonsumsi oleh pasien anak yang mengalami gangguan ginjal akut. Yakni Ethylene Glycol (EG), Diethylene Glycol (DEG), dan Ethylene Glycol Butyl Ether.

"Seharusnya tidak ada dalam obat-obatan sirup. Kalau pun ada, harus sangat sedikit kadarnya," kata Budi, di Jakarta, kemarin.

Baca juga : Dolar Menguat Lagi, Rupiah Kembali Merana

BGS, begitu Menkes disapa, menjelaskan, ketiga zat itu merupakan zat kimia yang berbahaya. Apalagi, bila kemudian dicampurkan dalam obat sirup dalam batas yang berlebih. Dia lalu mengutip Farmakope Indonesia, EG dan DEG tidak digunakan dalam formulasi obat. Namun, dimungkinkan keberadaannya dalam bentuk kontaminan pada bahan tambahan sediaan sirup dengan nilai toleransi 0,1 persen pada gliserin dan propilen glikol serta 0,25 persen pada polyethylene glycol.

"Sambil menunggu BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) memfinalisasi hasil penelitian kuantitatif mereka, Kemenkes mengambil posisi konservatif dengan sementara melarang penggunaan obat-obatan sirup," kata eks Wakil Menteri BUMN ini.

Kepala Staf Kepresidenan, Jenderal (Purn) Moeldoko meminta, harus ada penjelasan secara lengkap soal obat-obatan yang dikaitkan dengan penyakit gangguan ginjal akut. Pihaknya akan berkomunikasi dengan Menteri Kesehatan untuk memberikan penjelasan kepada publik.

Pemerintah akan berusaha memberikan penjelasan kepada masyarakat supaya tidak ada lagi kebingungan soal penyakit gagal ginjal akut maupun soal obat-obatan yang dikaitkan dengan hal itu. "Masyarakat supaya tidak bingung. Kalau bingung masih oke, kalau salah memilih dan digunakan kan bahaya," kata Moeldoko.

Baca juga : Ketua MPR Ajak Masyarakat Masifkan Gerakan Wakaf

Setelah mendapat desakan dan kritikan, akhirnya BPOM merilis daftar obat sirup yang diduga mengandung EG dan DEG. Hasil ini setelah BPOM melakukan pemeriksaan terhadap 39 bets dari 26 sirup obat yang diduga mengandung cemaran EG dan DEG berdasarkan kriteria sampling dan pengujian.

Hasilnya? Ada lima jenis obat yang saat ini beredar di pasaran mengandung EG dan DEG. Pertama, Termorex Sirup (obat demam), produksi PT Konimex. Kedua, Flurin DMP Sirup (obat batuk dan flu), produksi PT Yarindo Farmatama. Ketiga, Unibebi Cough Sirup (obat batuk dan flu), produksi Universal Pharmaceutical Industries. Keempat, Unibebi Demam Sirup (obat demam), produksi Universal Pharmaceutical Industries. Kelima, Unibebi Demam Drops (obat demam), produksi Universal Pharmaceutical Industries.

BPOM telah memerintahkan pemilik izin edar untuk menarik kembali sirup obat dari peredaran di seluruh Indonesia dan memusnahkan seluruh bets produk. Penarikan mencakup seluruh outlet antara lain pedagang besar farmasi, instalasi farmasi pemerintah, apotek, instalasi farmasi rumah sakit, puskesmas, klinik, toko obat, dan praktik mandiri tenaga kesehatan.

Pakar farmasi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Dr Zullies Ikawati mengapresiasi keputusan BPOM merilis jenis obat yang mengandung EG dan DEG. Hanya saja, hal ini tidak menjawab penyebab utama terjadinya gangguan ginjal akut.

Baca juga : Kemenag Siapkan Regulasi Cegah Kekerasan Anak Di Ponpes

Dia mencontohkan, jika 5 produk tersebut ditarik dari peredaran, tetapi jumlah kasus terus meningkat, Pemerintah belum bisa melakukan mitigasi. Namun, temuan ini bisa dijadikan langkah awal untuk mengungkap gangguan ginjal misterius.

Anggota Komisi IX DPR, Irma Suryani Chaniago meminta BPOM tidak berhenti setelah mengumumkan 5 obat yang mengandung EG dan DEG. Lembaga yang dipimpin Penny Lukito itu harusnya bertindak cepat melakukan penelitian bersama Kemenkes. "Sehingga penyebab gagal ginjal akut ini dapat segera diketahui penyebabnya. Jangan malah bikin bingung masyarakat dengan berbagai praduga-praduga," pinta politisi NasDem ini.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.