Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Prof. Tjandra Bocorkan 3 Hal Penting Ini, Agar AMR Tak Jadi Pandemi Beneran
Jumat, 4 November 2022 08:20 WIB

RM.id Rakyat Merdeka - Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI/Guru Besar FKUI Prof. Tjandra Yoga Aditama menceritakan pengalamannya menjadi moderator, dalam talk show yang diselenggarakan Direktorat Pengelolaan dan Pelayanan Kefarmasian Kementerian Kesehatan.
Acara yang digelar dalam rangka Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke 58 itu, dibuka oleh Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Talk show tersebut membahas berbagai aspek antimicrobial resistence (AMR).
Prof. Tjandra yang juga mantan Direktur WHO Asia Tenggara menjelaskan hal penting tentang AMR yang perlu kita ketahui.
Dia bilang, dunia - termasuk Indonesia - saat ini menghadapi persoalan AMR.
Berita Terkait : Gelar Pesantrenpreneur, Kemenpora Arahkan Santri Wirausaha
Ini adalah situasi yang memungkinkan bakteri, virus, jamur dan parasit berubah dalam perjalanan waktu. Tak lagi bisa diatasi dengan obat antimikroba.
"Karena obat-obat tak bisa lagi membunuh bakteri/virus dan sebagainya, maka penyakit menular tidak terkendali adalah ancaman nyata di masa datang," beber Prof. Tjandra.
Jumlah infeksi bakteri yang resisten, ternyata berhubungan dengan hampir 5 juta kematian setiap tahunnya.
Faktanya, lebih dari 1,2 juta kematian, terkait langsung dengan AMR.
"Karena inilah, AMR disebut silent pandemic," cetus Prof. Tjandra dalam pesan singkatnya, Jumat (4/11).
Berita Terkait : Tren Kasus Gagal Ginjal Akut Pada Anak Meningkat, Prof. Tjandra Sarankan 8 Hal Ini
Menurutnya, AMR dapat terjadi karena multifaktor. Salah satu penyebabnya, adalah perilaku mengkonsumsi antibiotika yang tidak diperlukan.
"Demam batuk pilek, misalnya. Sebagian besar kan disebabkan virus. Jadi tidak perlu antibiotika," jelas Prof Tjandra.
Belum lagi, kalau orang minum antibiotika tidak sesuai aturan. Mestinya harus dihabiskan dalam lima hari, pemakaiannya dihentikan di hari kedua. Karena yang bersangkutan merasa sudah sembuh.
"Akibatnya, kumannya tidak mati. Dia hanya sempoyongan. Ketika bangun lagi, kuman tersebut menjadi resisten/kebal terhadap antibiotika itu," terang mantan Dirjen Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, Kementerian Kesehatan.
Terkait hal tersebut, Prof. Tjandra menyampaikan tiga saran penting untuk mengendalikan AMR.
Berita Terkait : Musim Banjir, Prof. Tjandra Ingatkan Pentingnya Antisipasi Penyakit Menular
Pertama, perilaku masyarakat harus diubah. Jangan mengkonsumsi antibiotika, jika tidak diresepkan dokter. Jangan swa-medikasi atau memutuskan sendiri obat-obatan yang akan digunakan.
Kedua, petugas kesehatan juga harus menegakkan diagnosis, dan memberi pengobatan sesuai pedoman klinik yang benar.
Ketiga, perlu ada pendekatan One Health (Kesehatan Satu Bersama). Karena AMR juga dapat berhubungan dengan konsumsi antibiotika pada hewan, dan juga lingkungan yang tercemar limbah antimikroba.
"AMR adalah masalah kita, AMR adalah pandemi senyap. Kita semua perlu berupaya maksimal menangani hal ini. Agar tidak menjadi pandemi beneran, yang berkepanjangan," tegas Prof. Tjandra. ■
Tags :
Berita Lainnya