Dark/Light Mode

Food Estate Proyek Jangka Panjang, Tak Seperti Balikkan Telapak Tangan

Rabu, 24 Januari 2024 07:13 WIB
Ketua Umum Ketum Masyarakat Pemerhati Pangan Mappan, Wignyo Prasetyo. Foto: Istimewa
Ketua Umum Ketum Masyarakat Pemerhati Pangan Mappan, Wignyo Prasetyo. Foto: Istimewa

RM.id  Rakyat Merdeka - Program Strategis Nasional Food Estate yang dilakukan Pemerintah sejak tahun 2020 kini menimbulkan pro dan kontra. Saat debat calon presiden dan wakil presiden, food estate selalu menjadi topik yang selalu disoroti oleh para Calon Presiden dan Wakil Presiden.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Umum (Ketum) Masyarakat Pemerhati Pangan (Mappan), Wignyo Prasetyo menilai food estate merupakan program Pemerintah yang dinilai sudah tepat.

Baginya, ini adalah proyek jangka panjang untuk menjaga ketahanan pangan nasional.

Baca juga : Prabowo Gagas Pilot Project Rumah Panggung Dan Terapung Di Pantura, Digarap Unhan

"Jadi tidak bisa seperti membalikkkan telapak tangan. Ini butuh waktu. Kita sama-sama tahu," kata Wignyo dalam keterangannya, kepada RM.id, Selasa (23/1/2024).

Diamininya, kebijakan ini kian menuai kritik dan serangan dari sejumlah pihak. Di antaranya datang dari capres dan cawapres hingga LSM atau NGO yang bergerak di bidang lingkungan. Bahkan, food estate dianggap sebagai program Pemerintah yang gagal dan merusak lingkungan.

"Membuka lahan baru memang tidak mudah, butuh waktu untuk dijadikan sentra produksi pangan, lahan tersebut kan harus direstorasi terlebih dahulu," jelasnya.

Baca juga : Prabowo Gembira Rasakan Antusiasme Warga Palembang, Janji Akan Sering Datang

Untuk memaksimalkan program food estate, menurut wignyo, yang juga diketahui sebagai ketua koordinator nasional TIM 8 RJBBP, program ketahan pangan nasional ini adalah keharusan dan butuh dukungan yang kuat.

"Perlu ada inovasi benih-benih tanaman, agar adaptif dengan lahan baru, lalu riset-riset harus dilakukan terus menerus," ujarnya.

Meskipun program ini sempat mengalami masalah realokasi anggaran akibat pandemi Covid-19 pada tahun 2020 hingga 2021, namun akhirnya kini telah membuahkan kawasan sawah dan kebun produktif seluas 30.000 hektar di Kalimantan Tengah, 5.000 hektar di Sumba Tengah Nusa Tenggara Timur (NTT), dan 215 hektar lainnya di Humbang Hasundutan (Humbahas) Sumatra Utara.

Baca juga : Relawan Mak Ganjar Gerak Cepat Bantu Korban Terdampak Gempa Sumedang

"Program ini masih terus berjalan dengan segala kekurangan dan kelebihannya, tapi kita harus optimistis dong," tutupnya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.