Dark/Light Mode

Hati-hati, Terseret Kepentingan Politik Praktis di Balik Ajakan Jihad ke Suriah

Rabu, 18 Desember 2024 21:07 WIB
Ketua Program Studi Kajian Terorisme Sekolah Kajian Stratejik dan Global, Universitas Indonesia, Muhamad Syauqillah. (Foto: Istimewa)
Ketua Program Studi Kajian Terorisme Sekolah Kajian Stratejik dan Global, Universitas Indonesia, Muhamad Syauqillah. (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Jatuhnya rezim Bashar Al-Assad di Suriah menimbulkan gema yang dampaknya sampai ke Indonesia. Bahkan sampai ada ajakan dan seruan untuk berjihad meninggalkan Tanah Air dan berangkat Suriah di media sosial yang dihembuskan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

Membahas gejolak di Suriah dan implikasinya terhadap Indonesia, Ketua Program Studi Kajian Terorisme Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia, Muhamad Syauqillah, meminta publik tidak terpancing dengan ajakan tersebut.

“Hal yang diserukan di media sosial itu jihad yang seperti apa? Siapa yang kita perangi di sana, lalu apakah dengan memerangi pihak tertentu di sana, kemudian bisa kita klaim sebagai kegiatan berjihad? Menurut saya jelas tidak,” ucap Syauqillah, dalam keterangan yang diterima redaksi, Rabu (18/12/2024).

Baca juga : PKB Dorong PMI Bebas Kepentingan Politik Praktis

Menurut Syauqillah, yang saat ini terjadi di Suriah adalah benturan dari berbagai faksi dengan kepentingan masing-masing. Karena itu, dia ingin masyarakat Indonesia lebih cerdas dalam menyikapi fenomena ajakan berjihad di luar negeri.

Dia menegaskan, masyarakat Indonesia perlu kritis, karena hal yang sama juga telah terjadi dulu ketika ISIS menyerukan banyak negara untuk bergabung dengan mereka. Saat itu, banyak warga negara Indonesia yang terlanjur pergi ke sana. “Selang beberapa lama kemudian terpaksa kembali karena yang dijumpai tidak sesuai dengan janji manis ISIS,” ungkap Syauqillah.

Keberangkatan ke Suriah saat ini, kata Syauqillah, hanya akan menimbulkan masalah baru. Ujung-ujungnya, mereka yang terlanjur pergi akan meminta Pemerintah Indonesia untuk dipulangkan kembali ke Tanah Air, sebagai bukti kepedulian negara terhadap rakyatnya.

Baca juga : Bagi-bagi Tugas Kenegaraan: Presiden di Istana, Wapres ke Sukabumi

Dia melanjutkan, konflik di Suriah sebenarnya hasil dari perpecahan berbagai faksi yang sangat beragam. Beberapa di antaranya sama-sama menggunakan narasi keagamaan untuk menggaet simpati, baik dari dalam maupun luar negeri.

Syauqillah mengatakan, butuh kecerdasan dari publik di Indonesia, bahwa yang terjadi adalah dinamika konflik internal yang melibatkan berbagai macam kepentingan yang ada di Suriah. Dia berharap, masyarakat Indonesia tidak mudah terpancing dengan narasi khilafah dan propagandanya di media sosial, khususnya yang menyerukan untuk berangkat ke tempat-tempat konflik.

“Konflik di Suriah itu melibatkan berbagai macam kepentingan dengan narasinya masing-masing. Sebagai warga negara Indonesia, sebaiknya kita tidak terlibat dalam dinamika internal konflik di sana, walaupun pihak-pihak yang berkonflik di Suriah ingin melibatkan warga negara lain seperti ISIS di masa lalu,” pungkas Syauqillah.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.