Dark/Light Mode

Hasil Riset I2: Jokowi Dapat Nilai 66 Dari Netizen

Senin, 26 Oktober 2020 08:27 WIB
Presiden Jokowi (Foto: Instagram/jokowi)
Presiden Jokowi (Foto: Instagram/jokowi)

 Sebelumnya 
Maret 2020, netizen memberikan framing netral tertinggi, mengingat isu ini  masih baru dan tiba-tiba melanda banyak negara di dunia. Netizen mengikuti berbagai pernyataan Jokowi, terutama soal pasien Corona yang pertama di Indonesia, dan juga anjuran soal protokol kesehatan. Sementara, di Mei-Juni, salah satu kritik terbesar yang ditujukan pada Jokowi adalah soal penanganan Covid-19 yang dianggap oleh netizen belum tepat atau masih menuai kontroversial antara kebijakan “new normal”, lockdown, atau PSBB.

Isu kedua yang mendominasi percakapan netizen di Twitter terkait Jokowi adalah kritik kebijakan. Sebanyak 331.127 cuitan netizen berisi tentang kritik terhadap berbagai kebijakan Presiden Jokowi, di mana sebagian besar cuitannya berasal dari akun-akun kontra Jokowi yang menunjukkan bahwa polarisasi pascapilpres masih hadir di lini masa Twitter. “Perlu dijadikan catatan bahwa die hard pengkritiknya tidak surut meski pimpinan atau lawan politik sudah direngkuh di pemerintahan,” ungkap Rustika.

Selain itu, isu lain yang banyak disorot dan dikaitkan netizen dengan Jokowi adalah masalah korupsi di Tanah Air dengan 228.265 cuitan, Pilkada  dengan 226.742 cuitan,  serta kontroversi RUU HIP 217.860 cuitan. Isu-isu tersebut, kata Rustika, turut menyumbang sentimen negatif pada rapor kinerja Jokowi di mata netizen. Masalah korupsi lebih banyak dimunculkan dari kasus Harun Masiku dan penanganan kasus Novel Baswedan. Masalah pilkada terutama terkait pada pelaksanaan pilkada pada tahun ini, pilkada di tengah pandemi, dan juga keikutsertaan putra dan mantu Jokowi di Pilkada 2020. 

Meski begitu, netizen pun memberi sentimen positif kepada Jokowi dalam sejumlah kebijakan yang menyentuh dan langsung dirasakan oleh masyarakat, yakni program pemulihan ekonomi, bantuan sosial, bantuan langsung tunai, bantuan modal pada para pedagang, bantuan modal kerja, pidato Jokowi di PBB, dan pembangunan jalan tol.

Baca juga : Halal: Kenapa Kalah Dari Brasil?

Selain mendukung program-program tersebut, netizen juga mengapresiasi empati Jokowi pada “wong cilik” saat curhat dengan pedagang. “Isu lainnya yang menarik perhatian dan direspons sangat antusias oleh netizen adalah tampilnya Jokowi bersama boy group dari Korea, BTS, sama-sama sebagai pembicara dalam Sidang Umum PBB ke-75. 

Catatan dari setahun Jokowi periode kedua, kata Rustika, masalah komunikasi merupakan hal yang sangat penting. Kegaduhan pada beberapa isu, seperti RUU HIP atau masalah pilkada, seringkali hadir karena adanya informasi yang tidak jernih atau  ketidakkonsistenan pendapat diantara figur-figur di lingkar Presiden. Netizen kemudian merujuk Jokowi untuk menyelesaikan persoalan. “Inilah hal yang membuat seringkali ada tekanan yang ditujukan netizen pada Jokowi. Seperti pada kasus RUU HIP atau Omnibus Law seperti saat ini,” papar Rustika.

Figur, Akun Anonim
Akun dari tokoh internasional seringkali menyumbang sentimen positif pada Jokowi. Dalam setahun terakhir, cuitan dari tiga figur internasional menjadi yang paling banyak disukai dan di-retweet. Presiden Amerika Donald Trump memberikan sumbangan sentimen positif dengan engagement tertinggi. 

Hal ini dimunculkan dari cuitan di akun Twitter @realDonaldTrump yang memiliki follower sebanyak 87,3 juta pada April lalu, “Just Spoke To My Friend, President Joko Widodo Of The Republic Of Indonesia. Asking For Ventilators, Which We Will Provide. Great Cooperation Between Us!” Cuitan ini direspons sebanyak 123 ribu likes, 10,9 ribu reply, dan 28,9 ribu retweet. Figur lainnya yang masuk dalam kategori serupa adalah BTS dan Perdana Menteri India, Narendra Modi.

Baca juga : Taspen Raih Peringat Triple A Dari Pefindo

Di sisi lain, Rustika juga menyoroti adanya akun-akun anonim, atau akun dengan nama samaran dengan tujuan tidak dikenali orang, juga memiliki pengaruh dalam percakapan tentang Jokowi. Dari 10 nama terbesar kontributor percakapan tentang Jokowi dan memiliki pengaruh terbesar dan disukai netizen terdapat dua akun anonim. Hal inilah yang juga turut memicu munculnya berbagai isu yang meningkatkan tensi percakapan di Twitter karena akun anonim bergerak leluasa untuk menuliskan berbagai hal yang provokatif sekalipun, dan netizen meresponsnya. 

Hal menarik lainnya dari penelitian yang dilakukan oleh Indonesia Indicator adalah masalah keterkaitan figur. Dalam menanggapi Jokowi, netizen seringkali menyebutkan nama lain dalam sebuah percakapan. Adapun Gubernur DKI Anies Baswedan merupakan figur yang terbanyak disebut netizen saat membicarakan Jokowi. Nama Anies seringkali disandingkan dengan Jokowi, khususnya dalam berbagai kebijakan, antara kebijakan pemerintah pusat dan daerah. Selain itu, Anies juga dibincangkan karena masuk dalam radar netizen untuk Pilpres 2024.

Sementara, nama-nama lainnya yang sering dikaitkan netizen dengan Jokowi adalah Mahfud MD, Prabowo, Luhut B Pandjaitan, dan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Mahfud, Prabowo dan Luhut seringkali dikaitkan dengan berbagai kebijakan Jokowi dan nama yang seringkali dianggap “meluruskan” atau mengklarifikasi isu terkait kebijakan Jokowi. Sementara Ahok, lebih banyak muncul karena isu terkait Pertamina. 

“Media dan media sosial menjadi kanal dua arah yang mengakomodasi suara pemerintahan maupun suara masyarakat akar rumput, hingga suara oposisi. Namun dalam perkembangannya, perdebatan masyarakat di media khususnya media sosial lebih mudah membentuk opini masyarakat terkait citra pemerintahan, khususnya Presiden Jokowi,” ungkap Rustika. 

Baca juga : Riset I2: Nilai Rapor Kinerja Jokowi Di Media Capai 76 Dengan Catatan

Selain itu, media sosial juga efektif sebagai kanal propaganda, konsolidasi gagasan, hingga jadi kelompok penekan (pressure group) terhadap Pemerintah. Tak heran, kata dia, bila media sosial menjadi pendorong aksi-aksi di lapangan, imbauan untuk demonstrasi dan perlawanan. “Oleh karena itu, manajemen komunikasi menjadi sangat diperlukan. Hal itu setidaknya diperlukan untuk menjernihkan situasi, serta mengurangi disinformasi dan hoaks yang banyak berkeliaran di media sosial, yang pada gilirannya dapat memengaruhi persepsi publik tentang Jokowi,” pungkas Rustika. [USU]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.