Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Ibaratkan Varian Baru Covid Seperti Teroris

Menkes Merasa Seperti Bos Intel

Rabu, 13 Januari 2021 06:03 WIB
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin (BGS) saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi IX DPR RI di gedung DPR, Selasa (12/1). (Foto: Rizky Syahputra/Rakyat Merdeka))
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin (BGS) saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi IX DPR RI di gedung DPR, Selasa (12/1). (Foto: Rizky Syahputra/Rakyat Merdeka))

RM.id  Rakyat Merdeka - Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin (BGS) terus menyoroti kekhawatiran serangan varian baru virus Corona. Dia mengistilahkan varian baru itu sebagai teroris. Untuk menangkalnya, harus ada intel yang mengintai.

Pria yang akrab disapa BGS itu pun akan bertindak sebagai bos intelnya. Istilah teroris dan intel itu terucap BGS saat menghadiri Rapat Kerja pertamanya sebagai Menkes dengan Komisi IX DPR, di Kompleks Parlemen, Senayan, kemarin.

Dia datang ditemani Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny Lukito, dan Direktur Utama PT Bio Farma, Honesti Basyir.

Para anggota Komisi IX DPR antusias dengan rapat ini. Yang hadir pun banyak, baik langsung di Senayan, maupun secara virtual. Rapat dipimpin Ketua Komisi IX DPR, Felly Estelita Runtuwene. Sebelum dimulai dia mengajak peserta rapat berdoa. Baru kemudian mempersilakan mitranya memaparkan.

Dimulai dari BGS, Penny, dan Honesti. Masing-masing diberi waktu 15 menit. Namun, sebelum BGS bicara, tiba-tiba ada anggota yang interupsi. “Kan Menkesnya baru, biar perkenalan dulu,” pintanya.

Baca juga : Jepang Deteksi Varian Baru Covid-19 Dari Brazil

Dia pun memperkenalkan dengan santai. Mantan Wakil Menteri BUMN ini blak-blakan mengenai tugas yang diberikan Presiden kepadanya. Dia mengaku diperintahkan untuk mengawal proses vaksinasi dan mengatasi pandemi. Selesai perkenalan, BGS panjang lebar menjelaskan masalah pandemi dan cara mengatasinya.

Slide demi slide, dia jelaskan secara detail, berdasarkan data yang lengkap. Kemudian, sampai ke pembahasan varian baru virus Corona. Menurut BGS, perang melawan virus ibarat perang sebenarnya. Untuk itu, harus ada intelijen untuk memantau apakah varian baru virus tersebut sudah masuk ke Indonesia atau tidak. Nah, di sinilah keluar istilah teroris. “Kita harus punya intelnya, terorisnya sudah masuk apa belum,” ucapnya.

Untuk memantau virus, intelnya tentu bukan dari Kementerian Pertahanan (Kemenhan). “Tapi Kemenkes (Kementerian Kesehatan),” tambah Budi.

Untuk saat ini, BGS belum dapat memastikan apakah varian baru Corona asal Inggris itu, sudah mendarat di Indonesia. “Saya sadar, kalau ditanya sudah ada di Indonesia atau belum, saya akan jawab belum tahu,” akunya.

Mengenai peralatan untuk menelusuri virus varian baru itu, tak perlu diragukan. Indonesia memiliki 12 laboratorium di bawah kendali Lembaga Biologi Molekuler Eijkman. Sejumlah perguruan tinggi juga dapat melakukan aktivitas kontra intelijen terhadap varian baru ini.

Baca juga : Teroris Papua Ngelunjak Banget

Instrumennya, dengan genome sequencing atau pengurutan DNA virus. Dengan begitu, bisa diketahui apakah ada mutasi atau tidak. BGS mengaku telah mengaktifkan pemanfaatan laboratorium itu melalui kerja sama dengan Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro.

Nantinya, laboratorium tersebut akan secara rutin melakukan pengetesan dari beberapa bandara atau kota-kota yang banyak didatangi pengunjung dari luar negeri. Dia menargetkan, pekan ini Kemenkes dapat mengidentifikasi kemungkinan adanya varian virus baru itu.

Kemenkes akan melakukan tes rutin di beberapa bandara atau kota-kota yang banyak pendatang asingnya. “Sehingga kita bisa identifikasi secara dini kalau ternyata ada virus mutasi yang masuk,” terang BGS.

Anggota Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAK- MI) Hermawan Saputra tidak mempersoalkan istilah teroris yang dipakai BGS. Menurutnya, istilah itu bisa menjadi pesan kepada masyarakat agar lebih waspada. Sebab, varian baru ini lebih bahaya dan lebih menular dibanding varian sebelumnya.

Hermawan menjelaskan, varian baru itu terus bermunculan. Setelah ditemukan Inggris dengan tipe B114, muncul lagi tipe baru di Afrika Selatan. Lalu, Jepang juga melaporkan ada varian baru Corona dengan tipe B11248.

Baca juga : Senayan Minta Segera Swasembada Kedelai

Meski sebenarnya ketiga jenis ini sama, terjadi mutasi pada protein rantai S yang berbentuk duri (spike) sehingga lebih cepat menular.

“Boleh jadi karena dia mengancam masyarakat seperti di Indonesia. Belum selesai pengendalian kasus dan belum melewati puncak kasus, sekarang muncul varian yang lebih menular. Mungkin ini yang dianggap ancaman seperti teroris,” ulasnya, saat dihubungi Rakyat Merdeka, tadi malam. [MEN]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.