Dark/Light Mode

Komnas KIPI: Semua Laporan Pasca Imunisasi Bersifat Ringan

Kamis, 21 Januari 2021 17:54 WIB
Ketua Komnas KIPI Prof. Hindra Irawan Satari dalam dialog bertema KIPI: Kenali dan Atasi yang diselenggarakan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC PEN), Rabu (20/1). (Foto: Ist)
Ketua Komnas KIPI Prof. Hindra Irawan Satari dalam dialog bertema KIPI: Kenali dan Atasi yang diselenggarakan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC PEN), Rabu (20/1). (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Komisi Nasional (Komnas) Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) terus memantau pelaksanaan program vaksinasi Covid-19, termasuk mendengarkan laporan masyarakat. Hingga Rabu (20/1), Komnas KIPI menyatakan, ada 30 laporan KIPI yang bersifat ringan dan tidak ada reaksi serius yang memerlukan perawatan intensif setelah tenaga kesehatan (nakes) mendapat vaksin Covid-19 pertama kali.

"Dari laporan KIPI yang masuk ke kami, semua bersifat ringan dan sesuai dengan yang dilaporkan jurnal-jurnal, dan di tempat lain, semua kondisinya sehat. Jadi, tidak ada yang memerlukan perhatian khusus sampai saat ini," kata Ketua Komnas KIPI Prof. Hindra Irawan Satari saat dialog bertema KIPI: Kenali dan Atasi yang diselenggarakan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC PEN), Rabu (20/1).

Vaksinasi, kata Prof. Hindra, adalah upaya pemerintah dalam memutus mata rantai penularan Cov8d-19, selain upaya-upaya yang akan terus kita lakukan, yaitu 3M: memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak, dan 3T: test, trace, treatment, sehingga harapannya pandemi akan segera berlalu.

Baca juga : Baznas Dan ISC Selenggarakan Kongres Beasiswa Indonesia Pertama

Prof. Hindra meyakini vaksinasi ini tidak hanya untuk kepentingan individu, namun juga upaya melindungi keluarga terdekat kita terutama bagi tenaga kesehatan yang menerima vaksin Covid-19 pertama kali.

"Pandemi ini sudah melelahkan. Kasihan juga nakes yang ada di garda terdepan. Mereka berjibaku bekerja di luar ambang batas kemampuannya. Ini akan menurunkan daya tahan tubuh mereka. Jadi kita harus sepakat melawan satu musuh, jangan mementingkan diri sendiri. Paling tidak ini bagi keluarga terdekat kita juga," terangnya.

Prof. Hindra menambahkan, masyarakat tidak perlu khawatir mengenai efek vaksinasi. Setiap fasilitas kesehatan yang menyelenggarakan imunisasi wajib melakukan pencatatan dan pelaporan KIPI. Oleh karena itu, Komnas KIPI perlu dibentuk sebagai tim independen yang mengkaji adanya hubungan vaksin yang diberikan dengan kejadian yang terjadi.

Baca juga : Tito Dituding Tidak Netral

Komnas KIPI selaku lembaga independen bertugas mengkaji secara spesifik kejadian pasca imunisasi. Komite independen ini terdiri dari orang-orang yang memiliki kompetensi terkait vaksinologi. "Komnas KIPI diangkat Menteri Kesehatan dengan masa kerja empat tahun dan sudah ada sejak 1998, jadi sudah 22 tahun mengawasi KIPI," tambahnya.

Alur pelaporannya dilakukan secara berjenjang, dari laporan masyarakat, puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi, sampai ke Komnas KIPI, dan ini semua sudah memiliki sistem yang baik.

"Laporan yang terbanyak adalah kejadian koinsiden atau semua hal dikaitkan dengan vaksin, tidak memandang jangka waktunya, baik itu satu hari setelah vaksinasi atau sebulan setelah vaksinasi, maupun empat tahun setelahnya pun masih dikaitkan dengan vaksinasi," paparnya.

Baca juga : Kehidupan Pasca Vaksin

Prof. Hindra mengimbau kepada masyarakat agar tidak khawatir berlebihan kepada program vaksinasi Covid-19.

"Jadi, upaya vaksinasi itu merupakan salah satu upaya tambahan. Kalau menerima berita yang tidak pasti sumbernya dari mana, tidak usah diteruskan. Cukup di kita saja, dan pastikan bahwa semua keluarga divaksinasi, karena apabila keluarga kita aman, Insya Allah, bangsa dan negara ini aman. Mari kita lanjutkan vaksinasi,” tutupnya. [FAQ]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.