Dark/Light Mode

Masyarakat Jangan Takut Teror, Densus 88 Terus Bekerja

Senin, 29 Maret 2021 21:19 WIB
Tim Gegana Polda Metro Jaya memusnahkan bahan peledak hasil penggerebekan rumah terduga teroris di lapangan Batu Ampar, Condet, Jakarta Timur, Senin (29/3)/Dwi Pambudo RM
Tim Gegana Polda Metro Jaya memusnahkan bahan peledak hasil penggerebekan rumah terduga teroris di lapangan Batu Ampar, Condet, Jakarta Timur, Senin (29/3)/Dwi Pambudo RM

RM.id  Rakyat Merdeka - Masyarakat tidak perlu takut berlebihan terkait bom bunuh diri di pintu gerbang Gereja Katedral, Makassar, Sulawesi Selatan. Polri melalui Densus 88 terus bekerja, membongkar sel-sel teroris.

"Yang jelas pihak keamanan seperti Densus 88 itu tidak pernah berhenti. Ketika kita tidur, mereka bangun. Ketika kita diam, mereka bergerak," kata Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia Islah Bahrawi kepada wartawan, Senin (29/3).

Menurut Islah, sebagian masyarakat ada yang antipati menyikapi penangkapan terduga teroris. Penyebabnya, antara lain karena masyarakat tidak curiga dengan keseharian orang-orang yang ditangkap. 

Baca juga : Gerebek Teroris di Condet-Bekasi, Densus 88 Temukan Lima Bom Siap Pakai

“Tapi pihak keamanan lebih tahu, intelijennya lebih bergerak," ujarnya.

Islah mengatakan, tujuan teroris adalah menekan pemerintah dan masyarakat. Teroris ingin pemerintah bertekuk lutut, sehingga mereka bisa menguasai pemerintahan. Ketika semua menyerah, mereka berharap, akan lebih mendapat pengakuan dari masyarakat.

"Apa pun tujuan teror mereka itu sebenarnya bukan hanya surga, tapi juga ingin menguasai negara ini, menguasai pemerintahan," jelasnya.

Baca juga : Banyak Mudaratnya, Roaming Nasional Tak Perlu Diterapkan

Konsep seperti itu, kata Islah, sudah ada sejak awal Islam. Artinya, teroris selalu melawan pemerintahan dan akan berhenti sampai mereka berkuasa. 

Islah mengatakan, sudah tepat Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengimbau agar masyarakat tidak takut menyikapi teror bom.

"Ini bukan hanya soal menciptakan kepanikan dan ketakutan, tapi mereka ingin membuat semua orang bertekuk lutut terhadap mereka," ujar Islah.

Baca juga : Omzet Turun, Pedagang Pasar Cuma Bisa Pasrah

islah membeberkan, ada sekitar 400 terduga teroris ditangkap pada 2020. Tahun ini sudah hampir 100. Islah menilai teroris terpukul. Apalagi jalur pendanaan mereka dalam pengawasan PPATK dan Polri. Cukup menyulitkan, karena terorisme tidak bisa lepas dari pendanaan. 

Ketika transaksi elektronik diendus PPATK, kelompok teroris menggunakan kotak amal untuk mengumpulkan dana. 

Islah berpendapat, teror bom di Makassar merupakan reaksi teroris terhadap penangkapan-penangkapan dan jalur pendanaan mereka yang terus terjepit. [REN]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.