Dark/Light Mode

Corona Sehari: Positif 54.517, Meninggal 991, Sembuh 17.762

Ya Allah, Cukup... Cukup...

Kamis, 15 Juli 2021 07:50 WIB
Sampai lewat magrib, petugas melakukan pemakaman jenazah dengan protokol Covid-19, di Taman Pemakaman Umum (TPU) Rorotan, Jakarta Utara, Rabu (14/7/2021). Nisan berwarna putih berjejer sejauh mata memandang. (Foto: Tedy Kroen/RM)
Sampai lewat magrib, petugas melakukan pemakaman jenazah dengan protokol Covid-19, di Taman Pemakaman Umum (TPU) Rorotan, Jakarta Utara, Rabu (14/7/2021). Nisan berwarna putih berjejer sejauh mata memandang. (Foto: Tedy Kroen/RM)

 Sebelumnya 
“Mungkin negara memang sulit, tapi mereka juga sulit, mereka butuh hidup, mereka butuh makan. Mereka hanya mengandalkan insentif, tidak punya gaji, itu fakta di lapangan,” kata Eva.

Masalah lain, stok obat kurang. Ia terus terang mengaku bingung. “Pasien dirawat pun itu tidak ada obat-obatan,” ujarnya.

Baca juga : Corona DKI Meledak Lagi, Positif Tembus 13.112, Kasus Aktif Turun 1.940

Di media sosial, juga rame warganet yang berbagi kisah betapa sulitnya mencari rumah sakit, obat-obatan hingga isi ulang oksigen. Kondisi ini membuat banyak pasien Corona yang jalani isolasi mandiri di rumah, akhirnya meninggal karena keterbatasan obat dan penanganan.

Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof. Zubairi Djoerban ikut membagikan kisah miris seputar Corona. Lewat akun Twitter miliknya @ProfesorZubairi, dia membagikan foto yang menceritakan antrean panjang orang-orang saat mengisi tabung oksigen.

Baca juga : 824 Warga Palestina Positif Corona, 14 Meninggal, 528 Sembuh

“Ini bukan antrean konser musik. Ini antrean panjang orang-orang yang berusaha mendapatkan oksigen. Sementara keluarga yang mereka cintai sedang menunggu oksigen itu di rumah atau rumah sakit. Miris. Foto saya ambil di Jalan Minangkabau, Jakarta, kemarin. Doa saya untuk mereka,” cuitnya.

Cendekiawan muslim Ulil Abshar Abdalla menilai, kondisi yang makin amburadul saat ini lantaran pemerintah keliru dalam mengambil kebijakan. Kata dia, ada dua kesalahan yang diambil pemerintah. Pertama, menyerahkan tanggung jawab penanganan pandemi di masa PPKM Darurat ke Luhut Binsar Pandjaitan.

Baca juga : Kasus Positif Bertambah 1.331, Pasien Meninggal Bertambah 63 Orang

Adapun kesalahan terbesar Luhut setelah diserahi kendali, menurut Ulil, adalah mengatakan bahwa pandemi sudah terkendali. Menurut Ulil, Presiden Jokowi seharusnya terjun sendiri untuk memimpin “perang” melawan pandemi. Jokowi bisa mendelegasikan beberapa tugas kepada beberapa pihak, namun harus tetap berperan sebagai Panglima.

“Situasi parah begini, tapi saya ndak melihat kepanglimaan itu pada presiden. Sedih,” cuit @ulil.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.