Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Membangun Budaya Kolaborasi Peserta Didik

Kamis, 26 Agustus 2021 09:00 WIB
Dr Muhtadi, Ketua Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam, Fidikom, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dr Muhtadi, Ketua Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam, Fidikom, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

 Sebelumnya 
Karena itu, sekolah sudah semestinya melakukan proses internalisasi bagi peserta didik tentang pentingnya kaloborasi antar siswa, guru, staf sekolah, bahkan dengan dunia di luar sekolah.

Menumbuhkan budaya kaloborasi di sekolah memerlukan faktor pendukungnya. Salah satunya, seluruh pemangku kepentingan dalam mengelola institusi pendidikan mesti mengedepankan atau memprioritaskan keramahan pada potensi dan kompetensi siswa.

Artinya, setiap siswa dengan potensi kecerdasan dan kompetensi yang beragam dihargai dan difasilitasi secara berkeadilan. Tidak ada siswa dengan potensi dan kompetensi tertentu saja yang diprioritaskan untuk ditingkatkan. Jika prioritas untuk difasilitasi siswa yang kecerdasan tertentu saja, justru akan menjadi benih yang tidak baik dalam membangun budaya kaloborasi tersebut.

Baca juga : Kasus Baru Nanjak 18.671, Jabar Masih Betah Di Puncak

Karena itu, sekolah perlu menjadi tempat yang nyaman sekaligus menyenangkan untuk proses aktualisasi potensi kecerdasan dan kompetensi yang beragam pada peserta didiknya. Peserta didik pun akan tumbuh dan berkembang dengan potensi beragam.

Tentu saja, ini akan menjadi warna-warni yang indah dalam proses pendidikan kita. Peserta didik pun akan lebih percaya diri untuk berkaloborasi, karena apa yang mereka miliki dihargai dan difasilitasi. Hal ini akan menjadi input bagi penguatan budaya kaloborasi di peserta didik.

Salah satu faktor masih lemahnya budaya kolaborasi di sekolah adalah, karena belum sepenuhnya ada penghargaan terhadap potensi dan kompetensi yang beragam. Sehingga pada peserta didik kita tidak tumbuh rasa percaya diri terhadap kemampuan sebagai jalan untuk berkaloborasi dengan siswa lain atau individu lainnya.

Baca juga : Airlangga: Kolaborasi Kunci Pemulihan Ekonomi Nasional

Penumbuhan budaya kaloborasi di sekolah perlu memperhatikan nilai-nilai seperti kesetaraan, penghormatan, tanggung jawab dan kerelaan berbagi. Sehingga proses kaloborasi akan mewujud menjadi gerak dan tindakan bersama, yang dapat menghasilkan program dan inovasi untuk kebaikan peserta didik atau masyarakat dan lingkungannya.

Secara praksis, penumbuhan dan penguatan budaya kolaborasi di sekolah untuk peserta didik dapat dilaksanakan pada kegiatan, misalnya, bakti sosial. Kegiatan ini akan melibatkan partisipasi peserta didik, di mana mereka berproses untuk bekerjasama, komunikasi dalam kelompok, merencanakan kegiatan, mengambil keputusan, mendelegasikan tugas, melakukan negosiasi, dan lain sebagai.

Hal ini akan menjadi pembelajaran yang bermanfaat untuk mengasah keterampilan kalaborasi mereka. Sehingga mereka akan memiliki keterampilan dalam mengelola kaloborasi dengan benar dan baik. Semoga.

Baca juga : Holding Jasa Survei Kolaborasi Perbesar Skala Bisnis

[Muhtadi adalah Doktor Bidang Ilmu Penyuluhan Pembangunan Institut Pertanian Bogor (IPB), Ketua Program Studi (Kaprodi) Pengembangan Masyarakat Islam (PMI), Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (Fidikom), Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta. Email: [email protected]]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.