Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Kontaminasi Paracetamol Di Teluk Jakarta Perlu Penelitian Lebih Lanjut

Selasa, 5 Oktober 2021 21:04 WIB
Plt Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK Sigit Reliantoro (Foto: Dok. KLHK)
Plt Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK Sigit Reliantoro (Foto: Dok. KLHK)

RM.id  Rakyat Merdeka - Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Etty Riani memberikan penjelasan mengenai temuan kontaminasi paracetamol di Perairan Teluk Jakarta. Menurut Prof Etty, temuan tersebut perlu penelitian lebih lanjut. Ia juga menyampaikan, kadar paracetamol yang ditemukan di Teluk Jakarta masih terhitung kecil.
 
“Kalau dilihat dari jumlah 600 ng/L, itu sifatnya non akut. Sehingga tidak akan menjadi mematikan dalam jumlah tersebut,” terang Prof Etty, saat menyampaikan paparan “Paracetamol: Penyebab Laut Terkontaminasi, Dampak, Pengelolaannya”, pada Media Briefing secara virtual, di Jakarta, Selasa (5/10).
 
Dia melanjutkan, hal yang perlu diperhatikan adalah, lingkungan itu merupakan sistem yang saling terkait. Oleh karena itu, perlu ada penanganan lebih lanjut agar tidak menimbulkan gangguan.
 
“Sosialisasi kepada masyarakat juga perlu dilakukan. Jika ingin lingkungan bersih, sehat dan nyaman, maka setiap individu harus peduli lingkungan,” pesannya.
 
Dari hasil Penelitian Pusat Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia-Badan Riset dan Inovasi Nasional (LIPI-BRIN), konsentrasi paracetamol di Teluk Jakarta sebesar 420-610 ng/L. Artinya, terdapat kandungan 420-610 gram paracetamol dalam 1 juta meter kubik air laut.
 
Prof Zainal Arifin, peneliti pada penelitian “Tingginya konsentrasi paracetamol pada buangan air limbah mendominasi air di Teluk Jakarta, Indonesia” menjelaskan, riset paracetamol dan bahan pencemar ini dilakukan sejak 2017 sampai 2020. Dari lima lokasi penelitian yaitu Angke, Ancol, Tanjung Priok, Cilincing, dan Pantai Eretan, paracetamol terdeteksi di dua lokasi yaitu Ancol dan Angke.
 
“Dari empat parameter, yaitu parameter fisik hasilnya aman bagi biota, dan parameter logam berat terlarut umumnya aman. Sedangkan nutriens seperti ammonia, nitrate, dan fosfat melebihi baku mutu. Sementara, parameter lainnya seperti pcb dan pestisida juga aman bagi biota laut,” terangnya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.