Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Prof. Tjandra: RI Harus Pimpin Diplomasi Tuberkulosis Internasional Di G20 Dan ASEAN

Minggu, 7 November 2021 20:26 WIB
Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: Dok. Pribadi)
Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: Dok. Pribadi)

RM.id  Rakyat Merdeka - Mantan Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Prof  Tjandra Yoga Aditama menegaskan, tuberkulosis (TB) adalah masalah kesehatan penting dunia.

Memang, kasus TB tidaklah menyebar merata antar negara-negara di dunia. Ada yang masih tinggi, ada juga yang relatif rendah.

Tahun 1988, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkenalkan istilah High Burden Country (HBC) atau negara dengan beban tuberkulosis yang tinggi.

Baca juga : Bangun Kolaborasi Transisi Energi Di Kancah Internasional, Indonesia Cetuskan Program FIRE

Mulanya, pada tahun 1998, hanya disebutkan ada 22 negara HBC yang menyumbang sekitar 80 persen kasus tuberkulosis di dunia.

Dalam perkembangannya, Prof. Tjandra mengatakan masalah bukan hanya tentang jumlah kasus TB saja. Lebih dari itu, juga ada persoalan tuberkulosis bersama infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV).

"Cukup banyak negara-negara yang harus menghadapi masalah karena infeksi HIV dan juga TB ini. Antara lain, karena gangguan daya tahan tubuh akan amat mempengaruhi terjadinya penyakit," kata Prof. Tjandra dalam keterangannya, Minggu (7/11).

Baca juga : Airlangga: Jokowi Terus Dorong Kerja Sama Internasional Untuk Pulihkan Ekonomi

Selain itu, juga disadari bahwa salah satu masalah yang sulit ditanggulangi adalah jika kuman tuberkulosis sudah kebal/resisten terhadap obat-obat yang ada, tidak dapat dibunuh lagi.

"Kita tahu, tuberkulosis ditangani dengan beberapa obat sekaligus. Kalau kebal, maka disebut sebagai Multi Drug Resistance – MDR," tutur Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) itu.

Dengan dua hal ini, maka sejak tahun 2015 dibuatlah tiga daftar. Pertama, negara dengan jumlah kasus tuberkulosis yang tinggi. Kedua, negara dengan jumlah kasus TB dan  HIV yang tinggi. Ketiga, daftar negara dengan jumlah kasus MDR TB yang tinggi, yang masing-masing berisi daftar 30 negara.

Baca juga : Sejarah Baru, PBSI Gelar 3 Pesta Bulutangkis Internasional Di Bali

Tahun 2021, daftar ketiga sedikit diubah menjadi negara dengan jumlah kasus MDR TB dan juga RR (resisten Rifampisin) yang tinggi.

Tentu bisa saja satu negara hanya ada dalam satu daftar, atau dua daftar dan atau tiga daftar sekaligus.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.