Dark/Light Mode
RM.id Rakyat Merdeka - Saya terbilang RF (Railfans). Belum sampai jadi YouTuber sih. Tapi sejak kecil cukup menggilai segala hal berbau kereta api. Nah, beberapa minggu belakangan lagi hot topik stasiun Manggarai bakal mengambil alih peran stasiun Gambir sebagai hub atau persinggahan persimpangan utama kereta terutama jarak jauh dimulai 2021.
Dari barisan kontra, pernyataan Ignasius Johan paling tegas. Dia menyebut Gambir harus tetap melayani Kereta Api jarak jauh seperti banyak central station lain di dunia. Lalu, Manggarai ‘menantang’ soal akses.
Ucapan Jonan tadi kena banget secara riil. Apalagi dia terbukti sangat fenomenal selama lima tahun menjabat Dirut PT KAI.
Baca juga : Mencari Bibit Unggul Lewat Tadama Cup 1
Belum lama saya kembali melihat langsung stasiun Manggarai. Ternyata masih semrawut. Lahan parkir sangat tak memadai. Hanya ada parkir motor sekitar 250 unit. Tidak ada parkir mobil. Jalan menuju stasiun dari Jalan Tambak penuh dengan para pedagang kaki lima yang tidak teratur. Plus kios-kios dari seng.
Jalan raya dari arah timur atau Matraman, lalu dari selatan yakni Pancoran selalu padat dengan kendaraan. Arus lalin kian semrawut manakala bajaj, ojek pangkalan, hingga ojek online tumplek blek di depan stasiun.
Jalan menuju Manggarai jadi hanya bisa dilewati satu mobil. Masalah pelik lain, Manggarai rawan tawuran. Entah ada ‘pembiaran’ atau memang susah diatasi, aksi tawuran di daerah itu sudah akut dan menahun.
Baca juga : Dana Desa Bisa Gairahkan UMKM di Setiap Pedesaan
Bagaimana nanti nasib penumpang? Nampaknya lebih ‘horor’ dibandingkan stasiun Senen atau Jatinegara di zaman dahulu. Bagi saya, Gambir atau Manggarai sebenarnya sama-sama kurang layak sebagai central station, dari aspek luas dan kapasitas.
Namun Gambir unggul dari nilai sejarah. Memiliki catatan panjang sebagai moda transportasi penting, sejak masa kolonial. Mulai halte kereta api bernama Halte Koning Splein (Halte Lapangan Raja) di sebelah kanan Gereja Willem di Koningsplein Oos, kini Jalan Medan Merdeka Timur. Halte ini eksis dari 1871 hingga 1884.
Masuk era kekinian, pada 1992, di stasiun Gambir dibangun jalur layang kereta api Manggarai-Kota. Jalur layang ini sudah melewati studi berulang kali oleh Jakarta Metropolitan Area Transportation Study (JMATS) sejak 1972. Kala itu, stasiun Gambir diba ngun berlantai tiga, dengan jalur la yang yang menelan biaya Rp 432 miliar.
Baca juga : Cedera, Salah Diragukan Tampil Lawan Setan Merah
Balik soal alih fungsi. Katanya sih, masih ada kajian ulang dan janji revitalisasi stasiun Manggarai. Pada hal seingat saya, rencana alih fungsi Gambir-Manggarai sudah ada sejak 10 tahunan lalu.
Apapun itu, saya berharap realisasinya beneran revolusioner seperti di era Jonan. Bukan mendewakan lelaki yang baru lengser dari Menteri ESDM itu. Namun faktanya, railfans hingga masyarakat biasa masih berasa bermimpi dengan perkembangan pesat perkeretaapian saat ini. ***
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.