Dark/Light Mode
WAHYU SURYANI
Sebelumnya
Kini, rumah makan Bi Ayi sudah tutup. Rumah dengan halaman luas, dulu bisa masuk 10 bus, sudah disewakan. Tapi bukan untuk didirikan rumah makan lagi. Sang penyewa membuat tempat itu seperti gudang. Kadang untuk penyimpanan pupuk atau barang lain. Kondisi rumah dilihat dari luar tak terawat. Untuk biaya sewanya Bi Ayi tak mau buka-bukaan. Dia cuma bilang,” Sewa di kampung nggak mahal.”
Sebelum resmi gulung tikar akhir 2005, Bi Ayi mengaku rumah makannya mulai sepi setelah tol Cipularang dibuka. Bus-bus langganan yang biasa menurunkan penumpang di rumah makannya tak lagi datang. Perlahan tapi pasti. Belum lagi bermunculan rumah makan baru yang katanya lebih fresh. Persaingan makin ketat, sementara bus-bus yang biasa lewat sudah jarang melintas.
Setelah rumah makannya tutup, Bi Ayi belum memikirkan kerjaan apa lagi yang bisa dibuatnya. Kalau untuk urusan perut sendiri, nenek berusia 74 tahun ini biasa makan seadanya. Nggak perlu mewah, nasi sama lalapan doang juga jadi. Meski sudah sepuh, kondisi fisik Bi Ayi terlihat masih segar. Nggak betah lama-lama nganggur. Apa saja mau dikerjakan, yang penting bergerak.
Sekarang Bi Ayi bantu-bantu saudaranya yang buka warung makan kecil, letaknya tak jauh dari rumah makannya dulu. Masakannya masih mengandalkan gepuk dan soto ayam khas buatannya.
“Kalau di sini mah nggak digaji. Bantu masak aja, yang penting saya bisa makan tiap hari. Yang datang paling supir truk, tukang ojek. Nggak serame dulu. Kasian atuh kalau pake gaji,” kata Bi Ayi. Bi Ayi memang TOP banget dah. Rejeki sudah ada yang ngatur. Dia tak berhenti berusaha dan ikhlas menjalankan semuanya.
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
