Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Buya Syafii Maarif Wafat

Basarah: Indonesia Kehilangan Tokoh Moderat & Sederhana

Jumat, 27 Mei 2022 20:28 WIB
Prof. Ahmad Syafii Maarif. (Foto: Istimewa)
Prof. Ahmad Syafii Maarif. (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Bangsa Indonesia berduka usai ditinggalkan salah satu tokoh moderat kaliber internasional mantan Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Prof. Ahmad Syafii Maarif yang meninggal dunia, Jumat (27/5) sekitar pukul 10.00 WIB.

Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah mengenang peran besar Buya Syafii sebagai tokoh Islam yang sederhana, moderat, dan selalu menggaungkan kebhinnekaan dan keindonesiaan.

"Buya Syafii pantas dianggap sebagai salah satu guru bangsa karena peran-peran besar yang beliau dedikasikan kepada Bangsa Indonesia. Saya pernah bertemu beliau, bertukar pikiran, dan mendapatkan kesempatan menimba ilmu Islam dan kebangsaan dari almarhum. Pikiran pikiran beliau selalu berfokus pada bagaimana bangsa ini menjadi besar, kuat, dan terus bersatu di tengah perbedaan yang ada," kata Ahmad Basarah mengenang kepribadikan tokoh besar ini, Jumat (27/5).

Sebagai Wakil Ketua PP Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam) PBNU Periode 2022-2027 ini, Basarah menilai, Buya Syafii Maarif berhasil memimpin PP Muhammadiyah dengan membawa ormas Islam itu ke arah moderasi beragama di Indonesia.

Baca juga : Gus Halim: Selamat Jalan Buya Syafii Maarif, Guru Bangsa dan Pembimbing Kita Semua

Dia berpendapat tidak mudah menemukan kembali tokoh dengan pemikiran kebangsaan dan keindonesiaan dengan wawasan Pancasila seperti Buya Syafii.

"Bangsa Indonesia sebenarnya masih butuh sosok sosok guru bangsa yang bisa menjadi tempat belajar sekaligus mengingatkan bangsa ini jika dirasa ada yang melenceng dari cita-cita pendiri bangsa. Tugas generasi sekarang adalah bagaimana melanjutkan cita cita almarhum agar bangsa ini bisa menjadi bangsa mandiri dan maju dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)," tegas Basarah. 

Ketua Fraksi PDI Perjuangan MPR itu menilai, bukan hanya bangsa Indonesia yang kehilangan tokoh asal Sumatera Barat yang pernah menjadi Ketua Umum ke-13 PP Muhammadiyah pada 1998 hingga 2005 ini, tapi juga dunia internasional.

Selama ini, lelaki santun dan sederhana itu terkenal tidak pernah lelah menyatukan visi esoterisme Islam di kalangan para pemuka agama dalam kapasitasnya sebagai Presiden World Conference on Religion for Peace (WCRP).

Baca juga : Buya Syafii Maarif Wafat, Jokowi Bertolak ke Yogyakarta

"Dunia Islam kehilangan beliau sama dengan saat bangsa Indonesia kehilangan mantan Presiden RI serta mantan ketua umum PBNU Abdurrahman Wahid, Nurcholis Madjid, Taufiq Kiemas atau tokoh besar lainnya. Jejak mereka semua bisa dilihat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita," tutur Basarah.

Sekretaris Dewan Penasihat PP Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) yang dekat dengan banyak tokoh Islam termasuk di Muhammadiyah itu menambahkan, Bangsa Indonesia mungkin tidak akan kehabisan tokoh agama, Indonesia juga tak akan kering tokoh nasionalis, tapi yang sulit adalah mencari orang yang bisa menyatukan agama dengan nasionalisme dalam konteks pemikiran dan tindakan.

"Tokoh ideal ini tidak mepertentangkan antara agama dan Pancasila atau sebaliknya Pancasila dan agama. Nah, Buya Syafii di mata saya adalah tokoh yang bisa melakukan peran itu," tegas Ketua DPP PDI Perjuangan ini.

Buya Syafii, lanjut Ahmad Basara, sangat gamblang mengatakan Pancasila telah menjadi bagian inheren dari bangsa, menjadi perekat bangsa. Ia pernah berpendapat mengganti Pancasila berarti melumpuhkan sendi bangsa. Pancasila perlu menjadi laku bangsa sehingga kebangsaan menjadi kukuh dan padu. 

Baca juga : Kapolri: Kita Kehilangan Tokoh Dan Bapak Bangsa

"Sebagai tokoh agama, Buya Syafii dengan tegas mengatakan negara Pancasila merupakan tujuan final yang hendak dicapai dan selalu mendukung nation-state," jelas Dosen Universitas Kristen Indonesia itu.

"Buya pernah berpesan agar Pancasila jangan lagi dikhianati oleh siapa pun sehingga menjadi lumpuh dalam mengawal kemerdekaan bangsa. Jangan dibiarkan lagi tahun-tahun kemerdekaan ini berlalu dengan sia-sia. Indonesia terlalu mulia untuk dijadikan ajang pertarungan politik tuna adab dengan membenamkan Pancasila ke bawah debu sejarah! Itu  yang pernah beliau katakan dan ini bisa jadi wasiat yang diamanatkan kepada seluruh anak bangsa, termasuk saya," tandas Basarah.

Selain pernah menjabat Ketua Umum Muhammadiyah, Ahmad Syafii Maarif pernah menjadi Anggota Dewan Pengarah UKP-PIP (7 Juni 2017-28 Februari 2018), Anggota Dewan Pengarah BPIP (28 Februari 2018-2022) dan pendiri Maarif Institute. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.