Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Buka World Peace Forum ke-8, Ketua MPR Ajak Wujudkan Perdamaian Dunia
Kamis, 17 November 2022 14:27 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Ketua MPR sekaligus Wakil Ketua Umum Partai Golkar Bambang Soesatyo bersama Ketua Center for Dialogue and Cooperation Among Civilizations Prof Din Syamsuddin membuka World Peace Forum ke-8. Bamsoet, sapaan akrab Bambang, mengingatkan bahwa di tengah maraknya upaya berbagai entitas global dalam mewujudkan perdamaian dunia, terdapat fakta statistik bahwa indeks perdamaian global terus mengalami penurunan hingga 3,2 persen selama kurun waktu 14 tahun terakhir, sebagaimana terungkap dari rilis Institute for Economics and Peace.
"Kita pun harus merenungkan kembali, apakah komunitas internasional sudah melangkah di jalan yang tepat dalam memperjuangkan keadilan global, ketika World Justice Project pada Oktober 2022 mengungkapkan bahwa 61 persen dari 140 negara yang disurvei, tingkat kepatuhan terhadap supremasi hukum justru mengalami penurunan, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia kian melemah. Di sisi lain, keadilan global juga akan sulit diwujudkan, manakala kepatuhan terhadap norma dan hukum internasional masih menjadi isu yang diperdebatkan dan dalam penerapan sanksinya pun masih menyisakan persepsi adanya perbedaaan standar," ujar Bamsoet, saat menjadi Keynote Speaker dalam World Peace Forum (WPF) sekaligus membuka acara tersebut, di Solo, Jawa Tengah, Kamis (17/11).
Acara ini turut dihadiri secara virtual oleh Wapres ke-10 dan ke-12 RI yang juga Ketua Dewan Masjid Indonesia Jusuf Kalla, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Haedar Nasir, dan Ketua Chengho Multicultural and Education Trust Tan Sri Lee Kim Yew.
Baca juga : Bamsoet Ingatkan Ancaman Krisis Kepercayaan Antar Sesama Komunitas Global
Delegasi WPF yang hadir lebih dari 10 negara dunia, antara lain Ketua Center for Dialogue and Cooperation Among Civilizations Prof Din Syamsuddin, Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta Prof Sofyan Anif, Penasehat Dewan Fatwa Al-Azhar Mesir Syaikh Prof Abbas Suman, Dicastery for Interreligious Dialogue Vatican Rev. Laurent Basanese SJ, Emeritus Professor of Indonesian Politics at The Australian National University Prof Greg Fealy, President-Moderator of Asian Conference of Religions for Peace Prof Desmond Cahill, Former Grand Mufti of Bosnia and Herzegovina Mustafa Ceric, serta Dean of Faculty of Islamic Sciences of Al-Azhar University Egypt Prof Nahla Shabri Shu’aidi.
Ketua DPR ke-20 ini menjelaskan, di tengah modernitas zaman yang terus melaju dengan ditopang lompatan kemajuan teknologi, terdapat fakta bahwa menurut catatan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Juli 2022, sekitar 345 juta orang penduduk dunia saat ini dalam kondisi sangat kelaparan. Selama lebih dari 2 tahun pandemi Covid-19 telah menghantam perekonomian dunia, yang juga berdampak pada melemahnya tingkat kesejahteraan masyarakat global.
"Resesi ekonomi dan peningkatan angka pengangguran menjadi isu yang mengemuka di berbagai negara. International Labour Organization memproyeksikan tingkat pengangguran global bisa mencapai 207 juta orang pada tahun 2022, sekitar 73 juta di antaranya adalah kelompok usia muda," jelas Bamsoet.
Baca juga : Yana Maulidia Jusra, Ketum KNPI Perempuan Pertama Dan Termuda
Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila ini menerangkan, ditengah gambaran paradoks dalam mewujudkan perdamaian, keadilan, dan kesejahteraan masyarakat global tersebut, WPF menawarkan gagasan menarik untuk menjadikan Persaudaraan Insani dan Jalan Tengah sebagai pondasi dan titik tumpu.
Persaudaraan Insani, sebagaimana merujuk pada dokumen Human Fraternity for World Peace and Living Together yang ditandatangani bersama Paus Fransiskus dan Imam Besar Al Azhar Ahmed el-Tayeb pada 4 Februari 2019, adalah penegasan komitmen untuk membangun sinergi dan kolaborasi dalam menghadapi berbagai krisis global, seperti konflik bersenjata/perang, penindasan, dan kemiskinan.
"Dokumen ini mengedepankan pendekatan transendental untuk membangun semangat persahabatan dan persaudaraan antar umat manusia. Dokumen ini juga dapat dimaknai sebagai kritik atas realitas global, yang belum sepenuhnya sepadan dengan besarnya upaya kita untuk mewujudkan kehidupan dunia yang damai, adil, dan sejahtera," terang Bamsoet.
Baca juga : Ketua MPR Ajak 'Anak Kolong' Jaga Kesatuan dan Persatuan Bangsa
Wakil Ketua Umum SOKSI ini menambahkan, apsek kedua, konsep Jalan Tengah. Menarik benang merah dari setiap pemicu terjadinya krisis global, salah satunya adalah adanya gap, ketimpangan, dan ketidakseimbangan, baik dalam dimensi ekonomi, sosial, maupun politik.
Seluruh masyarakat dunia merasakan betapa bumi tempat berpijak saat ini sudah semakin bertambah 'tua'. Kemampuan bumi untuk menopang kehidupan umat manusia semakin menurun, seiring dengan semakin menipisnya dukungan sumber daya alam, khususnya sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Kondisi ini diperburuk oleh krisis iklim dan kerusakan lingkungan, yang sebagian besar justru disebabkan oleh kelalaian manusia sendiri. Terlebih saat ini penduduk bumi sudah mencapai 8 miliar jiwa.
"Berbagai gambaran ketidakseimbangan tadi meniscayakan hadirnya langkah terobosan. Di sinilah peran penting dari gagasan Jalan Tengah, untuk mendorong terwujudnya keseimbangan tersebut, untuk meminimalisir, dan sekaligus menjadi solusi, atas terjadinya berbagai krisis global. Kata kunci dari konsepsi Jalan Tengah adalah toleransi dan inklusivitas. Toleransi mendorong lahirnya sikap moderat dan tenggang rasa, bahwa keberagaman dalam budaya, agama, dan berbagai atribut primordialisme lainnya, tidak menghapus fitrah bahwa kita adalah satu saudara dalam kemanusiaan," pungkas Bamsoet.■
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya