Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

DPR Ingatkan Bahaya Eksploitasi Anak di Medsos, TikTok Jadi Sorotan

Rabu, 7 Desember 2022 16:39 WIB
Anggota Komisi I DPR Christina Aryani (Foto: Istimewa)
Anggota Komisi I DPR Christina Aryani (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Anggota Komisi I DPR Christina Aryani menyoroti fenomena eksploitasi anak yang belakangan marak terjadi melalui kanal media sosial (medsos), utamanya di TikTok. Christina memotret, terdapat cukup banyak kreator konten yang memanfaatkan anak untuk meraup keuntungan ekonomi.

Hal ini, menurut Christina, perlu diantisipasi. Jangan sampai menjadi bentuk lain dari upaya eksploitasi anak. Jika terjadi, hal ini harus sama-sama diperangi.

Hal itu disampaikan Christina saat menjadi pembicara dalam Seminar Nasional bertajuk "Disrupting Harm in Indonesia: Darurat Eksploitasi Anak, Bagaimana Masa depan Indonesia?” di Kampus Universitas Budi Luhur, Jakarta, Rabu (7/12).

Baca juga : Perindo Jaring Pemilih Pemula

"Fenomena eksploitasi anak saat ini bukan hanya terjadi di jalanan seperti yang kita lihat, tetapi juga di ruang digital, melalui media-media sosial. Ambil contoh TikTok, kini makin banyak anak-anak dimanfaatkan untuk meminta-minta sumbangan," ucap Christina.

Dia pernah melihat seorang anak berkebutuhan khusus yang diajak ibunya melakukan live TikTok mengharapkan gift dari yang menonton. "Kesannya memang berharap ada rasa iba melihat kondisi anak tersebut tapi di sisi lain ini menjadi cara lain eksploitasi anak oleh orang tuanya untuk kepentingan ekonomi. Fenomena ini patut kita waspadai dan menjadi perhatian bersama," ucapnya.

Bentuk lain yang dia cermati, ada banyak konten yang memperlihatkan orang tua melakukan 'prank' terhadap anak balita. "Disangkanya menghibur bagi orang dewasa karena melihat anak kecil tersebut menangis ketika di-prank atau lebih tepatnya ditakut-takuti, tapi bagi anak hal ini berbekas dan meninggalkan trauma. Konten ini sempat viral dan ini bentuk lain kekerasan dan eksploitasi terhadap anak juga. Intinya masyarakat jangan latah dan harus bijak, pikirkan yang terbaik untuk anak," tegasnya.

Baca juga : Jangan Berekspresi Berlebihan Di Medsos, Utamakan Etika

Dia juga mengakui, ada konten positif terkait anak bersama ibu atau ayahnya yang perlu dipresiasi, karena memberikan pendidikan terkait tumbuh kembang anak. "Tapi intinya, jangan sampai anak dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi yang sifatnya eksploitatif. Ini kita perlu awasi bersama," tegas Christina.

Dia berharap, agar peran serta masyarakat semakin aktif dan adanya peningkatan kesadaran untuk melawan praktik-praktik eksploitasi anak yang masih marak terjadi. "Kita temukan di jalanan masih cukup banyak, minimal kita perlu pendekatan untuk memastikan pada orang tuanya agar tidak melakukan praktik ini. Atau jika terkait sindikat, maka harus melapor ke aparat penegak hukum. Dan terkait di media sosial, kita punya tugas untuk me-report akun-akun yang melakukan eksploitasi anak agar dibanned serta langkah lain yang kita anggap perlu," sambungnya.

Ia juga memberikan apresiasi pada komunitas akademik Universitas Budi Luhur yang memberikan perhatian pada isu ini. Bagi Christina, kampus adalah tempat membangun ide atau gagasan bagaimana peristiwa di masyarakat dicermati sekaligus dicarikan solusinya.

Baca juga : Jokowi Ingatkan Kesatuan dan Sentralitas ASEAN Jangan Jadi Mantra Kosong

"Apa yang bisa kita tawarkan untuk dijadikan solusi itu adalah tugas mulia kampus. Dan apresiasi saya pada Universitas Budi Luhur yang sudah memberikan porsi untuk isu ini," pungkas Christina.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.