Dark/Light Mode

Safari Politik di Purbalingga, Bamsoet Ajak Masyarakat Atasi Tantangan Kebangsaan

Jumat, 8 Desember 2023 21:51 WIB
Ketua MPR/Wakil Ketua Umum Partai Golkar Bambang Soesatyo (Foto: Dok. MPR)
Ketua MPR/Wakil Ketua Umum Partai Golkar Bambang Soesatyo (Foto: Dok. MPR)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ketua MPR sekaligus Wakil Ketua Umum Partai Golkar Bambang Soesatyo (Bamsoet) melakukan safari politik dengan bertemu tokoh di empat kecamatan di Purbalingga, Jawa Tengah, Jumat (8/12). Empat kecamatan itu adalah Kalimanah, Padamara, Karang Rejam dan Karang Jambu.Dari pagi hingga sore hari, Wakil Ketua Umum FKPPI ini bertemu dengan sejumlah tokoh masyarakat di empat kecamatan itu.

Bamsoet menuturkan, di tengah modernitas zaman yang ditandai lompatan kemajuan teknologi dan derasnya arus peradaban, tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia dapat mewujud pada beragam paradigma. Sebagian dari tantangan kebangsaan tersebut mewujud pada degradasi moral generasi muda bangsa, masih adanya ketimpangan sosial ekonomi, tergerusnya nilai-nilai kearifan lokal, serta terpinggirkannya ideologi bangsa.

Baca juga : Bamsoet: Wujudkan Indonesia Sejahtera Dimulai dari Pembangunan Desa

"Kita dapat merasakan degradasi moral generasi muda bangsa yang mudah terjerat oleh gaya hidup hedonisme, terkontaminasi perilaku seks bebas, dan terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba. Merujuk pada laporan Indonesia Drugs Report 2022, sebagian besar pengguna narkoba adalah kelompok usia muda dan produktif, yaitu antara 25 sampai 49 tahun. Selain sebagai pengguna, pelajar dan pemuda juga terindikasi sebagai pelaku pengedar narkotika," ujar Bamsoet.

Ketua DPR ke-20 ini menyayangkan masih banyaknya generasi muda bangsa yang terlibat dalam berbagai kasus kriminalitas dengan ancaman sanksi hukuman berat. Lingkungan sekolah tidak lagi menjadi tempat sakral dan dihormati. Justru menjadi arena tawuran yang meresahkan, serta objek perusakan aksi vandalisme.

Baca juga : Ganjar Pastikan Libatkan Masyarakat Adat Dalam Pembangunan IKN

"Tantangan kebangsaan selanjutnya adalah ketimpangan sosial ekonomi. Ketimpangan ini tidak akan tampak nyata, jika kita semata-mata hanya merujuk pada indeks rasio gini, yang menurut data BPS pada bulan Maret 2023 tercatat pada kisaran 0,39 atau berada pada klasifikasi sedang, atau bahkan hampir rendah," kata Bamsoet. 

Ketua Dewan Pembina Depinas SOKSI ini menerangkan, ketimpangan sosial ekonomi dapat dirasakan relevansinya, ketika tahun ini Majalah Forbes melansir bahwa Indonesia masuk dalam 20 negara yang paling banyak memiliki miliuner. Namun, di sisi lain, masih ada 9,36 persen penduduk Indonesia yang masih hidup dalam garis kemiskinan.

Baca juga : Lestari: Nilai Moral Pramuka Jadi Bekal Hadapi Tantangan Bangsa

"Jika kita renungkan kembali, angka 9,36 persen tersebut bukanlah angka yang sedikit. Jika tidak disikapi dengan hati-hati, ketimpangan ini akan menjadi bom waktu yang akan mencederai soliditas kebangsaan kita. Kesenjangan ekonomi ini tidak boleh kita abaikan begitu saja, karena jika merujuk pada survei Litbang Kompas, bahwa 19,2 persen aksi radikalisme di Indonesia dipicu faktor ekonomi," pungkas Bamsoet.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.