Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Syarief Hasan: Jangan Kebanyakan Utang, Nanti Kolaps Kayak Amerika

Sabtu, 2 Oktober 2021 08:30 WIB
Wakil Ketua MPR Fraksi Partai Demokrat, Syarief Hasan. (Foto: Ist)
Wakil Ketua MPR Fraksi Partai Demokrat, Syarief Hasan. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Wakil Ketua MPR Fraksi Partai Demokrat, Syarief Hasan kembali mengingatkan pemerintah untuk mengurangi penggunaan utang luar negeri sebagai pembiayaan pengelolaan negara. Pasalnya, utang lndonesia kini semakin bertumpuk dan berpotensi gagal bayar serta dapat membahayakan keuangan nasional.

Syarief Hasan mendorong Pemerintah untuk belajar dari Amerika Serikat yang tengah terseok-seok karena utang. Memang, Amerika Serikat kini berpotensi krisis dikarenakan utang yang membludak dan terancam gagal bayar.

"Selama ini, Menkeu selalu ingin meniru rasio utang AS yang berada di atas 100 persen dan menganggapnya aman. Namun, terbukti, Amerika Serikat kini krisis utang," ungkap Syarief dalam keterangannya, Sabtu (2/10).

Baca juga : Warga Minta Uang Bau Naik Jadi Rp 900 Ribu

Apalagi, BPK RI juga telah mengingatkan potensi gagal bayar utang Indonesia. Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) menyebut, utang Indonesia mencapai Rp 6.626,4 triliun atau mencapai 59,70 persen dari aset negara. Persentase ini melebihi rekomendasi dari IMF sebesar 25-35 persen, bahkan BPK RI mengingatkan potensi gagal bayar utang Indonesia.

Syarief juga menyebut, Partai Demokrat konsisten mengingatkan Pemerintah, khususnya Kementerian Keuangan untuk mengurangi utang.

"Setahun sebelumnya, rasio utang masih 37 persen, lalu merangkak 38,5 persen, dan kini telah mencapai 41,64 persen. Kondisi ini menunjukkan pengelolaan utang Indonesia sangat buruk. Kami sejak awal selalu mengingatkan Kemenkeu, namun selalu dianggap aman, padahal kita berpotensi gagal bayar juga," ungkap Syarief.

Baca juga : Rabu Sore, Golkar Umumkan Nama Pengganti Azis Syamsudin

Anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat ini menyebutkan, pengelolaan keuangan negara pada Kuartal II-2021 semakin memprihatikan. Dari berbagai kajian akademis menunjukkan bahwa persentase utang Indonesia terhadap aset negara kini telah mencapai 59,70 persen.

Persentase utang luar negeri terhadap Produk Domestik Bruto juga hampir mencapai 42 persen yang tentu sangat berbahaya bagi Indonesia dan menimbulkan kekhawatiran dari berbagai pihak.

Politisi Senior Partai Demokrat ini pun mengingatkan Pemerintah untuk memperhatikan rekomendasi IMF dan BPK sebagai lembaga yang kompeten dalam urusan keuangan.

Baca juga : Jatim Dan Sumut Sumbang Kasus Baru Terbanyak, Kematian Harian Di Aceh Masuk 3 Besar

"Indikator kerentanan utang tahun 2020 Indonesia berasal dari hasil kajian BPK yang menyebut melampaui batas rekomendasi International Monetary Fund (IMF) dan International Debt Relief (IDR). Selama ini, kita selalu menjadikan Amerika Serikat sebagai patokan, tapi mereka akhirnya kolaps juga," ungkap Syarief.

Ia pun mendorong pemerintah untuk melihat sektor yang lebih prioritas. Selama ini, pembangunan infrastruktur yang belum krusial terus masif dilakukan dan menyedot banyak anggaran negara.

"Padahal, pemerintah harusnya lebih memprioritaskan penumbuhan dan penguatan ekonomi nasional sehingga mengurangi ketergantungan terhadap utang luar negeri," pungkasnya. [TIF]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.