Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Gus Jazil Sedih Jurusan Agama Sepi Peminat

Selasa, 2 November 2021 09:01 WIB
Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid saat Sidang Senat Terbuka Wisuda Sarjana (S1) Sekolah Tinggi Ilmu Al-Quran (STIQ) Batam, Provinsi Kepulauan Riau, Senin (1/11). (Foto: Ist)
Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid saat Sidang Senat Terbuka Wisuda Sarjana (S1) Sekolah Tinggi Ilmu Al-Quran (STIQ) Batam, Provinsi Kepulauan Riau, Senin (1/11). (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Sebagian orang masih beranggapan bahwa pendidikan agama tidak memiliki masa depan yang cerah. Berbeda dengan ilmu pengetahuan umum seperti jurusan kedokteran, teknik, dan lainnya yang dianggap bakal menjamin masa depan yang menjanjikan.

Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid mengatakan, kegagalan dunia modern adalah memisahkan ilmu umum dengan agama.

"Terus terang keadaan hari ini memisahkan ilmu umum dengan agama. Kegagalan dunia modern yaitu memisahkan ilmu umum dengan wahyu, dengan ilmu agama," ujar Gus Jazil, sapaan akrab Jazilul Fawaid, saat memberikan pengarahan pada Sidang Senat Terbuka Wisuda Sarjana (S1) Sekolah Tinggi Ilmu Al-Quran (STIQ) Kepulauan Riau Angkatan IV dan V Tahun 2021 di Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau, Senin (1/11).

Gus Jazil yang juga Ketua Ikatan Alumni Perguruan Tinggi Ilmu Alquran (PTIQ) Jakarta ini mengatakan, masih ada anggapan bahwa orang-orang yang belajar di jurusan agama seperti Ilmu Al-Quran atau Tafsir memiliki masa depan suram.

Baca juga : Gus Jazil Yakin Banyak Pasangan Capres-Cawapres Cegah Politik Identitas

"Jurusan Al-Quran dan tafsir seolah-olah hanya jurusan akhirat. Sukses hanya diukur oleh embel-embel duniawi. Apa mobilmu? Berapa rumah yang dimiliki dan lainnya karena semata-mata kesukseaan diukur dari hal-hal yang sifatnya duniawi," urainya.

Akibatnya, di berbagai perguruan tinggi, jurusan ilmu agama sepi peminat sementara jurusan ilmu-ilmu umum dibanjiri peminat.

"Ini yang terjadi. Tapi jangan khawatir, menjadi sarjana Al-Quran sudah cukup untuk hidup bahagia di dunia dan akhirat. Untuk bahagia tidak perlu punya mobil mewah. Allah mengkaruniakan kita para pecinta Al-Quran hidup bahagia di dunia dan akhirat," tutur Gus Jazil memberikan motivasi bagi para sarjana agama di STIQ.

Gus Jazil mencontohkan, dirinya yang dari kecil hidup di lingkungan pesantren dan hingga kuliah mengambil pendalaman serta menghafal Al-Quran di PTIQ Jakarta, ternyata juga bisa meraih sukses dalam karir hingga menduduki posisi yang sangat strategis sebagai Wakil Ketua MPR.

Baca juga : Gus Jazil Dorong Fatayat DKI Jadi Pelopor Kesuksesan Perempuan

"Saya juga sekolah di bidang Al-Quran, ini bukan tempat baru bagi saya. Artinya tak perlu khawatir. Siapapun yang bertambah ilmunya tapi semakin jauh dari Allah, tidak mendapatkan hidayah, itu artinya dia tidak dapat apa-apa. Ilmu pengetahuan modern hari ini seakan-akan memisahkan dengan agama," ungkapnya.

Dikatakan Gus Jazil, Alquran memang bukan kitab ilmu pengetahuan umum, tapi di dalamnya banyak ilmu pengetahuan. Alquran juga bukan ilmu hukum, tapi di dalamnya banyak mengatur tentangan hukum. Bukan kitab tentang bisnis tapi banyak mengatur tentang mualamah. Juga bukan kitab sejarah, tapi di dalamnya banyak dongeng-dongeng nabi dan lainnya.

"Seandainya ada bacaan yang bisa membelah gunung, memecah bumi. Ada bacaan yang bisa membuat orang mati menjadi hidup, itu Al-Quran. Jangan dibaca secara tekstual. Tapi kadang sarjana Alquran sendiri tidak memahami dahsyatnya Al-Quran," imbaunya.

Menurutnya, kalimat Alquran merupakan kalimat wahyu yang tidak bisa dibandingkan dengan teori-teori ilmu pengetahuan yang lain. Al-Quran juga merupakan obat bagi penyakit yang paling berbahaya yakni penyakit hati seperti sirik, sombong, tamak, dengki dan dendam.

Baca juga : Gus Jazil Harap STQ Jadi Kekuatan Bangsa Hadapi Pandemi

"Al-Quran itu obat bagi apa yang ada dalam hatimu. Sarjana Al-Quran kalau hatinya terobati, hidup pasti senang. Ilmu modern hanya mengukur yang sifatnya fisik, materi. Hidayah dan rahmat itu tidak terlihat. Sayangnya anak-anak kita banyak diajarkan ambisi material," tuturnya.

Menurutnya, menjadi sarjana Ilmu Al-Quran seharusnya adalah orang yang paling bahagia. Jika ada sarjana Al-Quran suram, muram, maka salah baca Al-Quran. Karena kitab suci menjadi petunjuk yang bisa mengobati hati dan wasilah untuk mendapatkan rahmat dan hidayah. Bahkan, perintah pertama Allah kepada manusia melalui Nabi yaitu 'iqra' bismi rabbikallazi khalaq' Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.

"Karena itu, para lulusan Ilmu Al-Quran harus bersyukur, bahagia, dan bangga menjadi sarjana Al-Quran. Sebab Anda paling dekat mendapatkan kebaikan, hidayah dan rahmat," tuturnya. [TIF]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.