Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Gus Jazil Yakin Banyak Pasangan Capres-Cawapres Cegah Politik Identitas

Rabu, 27 Oktober 2021 23:51 WIB
Diskusi Empat Pilar MPR di Media Center, Lobby Gedung MPR/DPR/DPD, Senayan, Jakarta, Rabu (26/10). (Foto: Ist)
Diskusi Empat Pilar MPR di Media Center, Lobby Gedung MPR/DPR/DPD, Senayan, Jakarta, Rabu (26/10). (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Koordinatoriat Wartawan Parlemen bekerja sama dengan Biro Humas dan Sistem Informasi Setjen MPR kembali menggelar Diskusi Empat Pilar MPR.

Diskusi dengan tema Merawat Persatuan dan Menolak Politik Identitas Menjelang 2024 ini menghadirkan pembicara, Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid, anggota MPR dari Fraksi PAN, Guspardi Gaus, anggota MPR dari Fraksi PKS Mardani Ali Sera, dan pengamat politik dari Universitas Al Azhar Dr. Ujang Komarudin.

Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid menjelang Pemilu Presiden (Pilpres) 2024, partainya, PKB, akan mengawal Presiden Joko Widodo (Jokowi) hingga tahun 2024.

"Kita akan kawal Bapak Joko Widodo secara sukses hingga pada tahun 2024," ujar Jazilul Fawaid salam diskusi yang berlangsung di Media Center, Lobby Gedung MPR/DPR/DPD, Senayan, Jakarta, Rabu (26/10).

Baca juga : Ketua DPD Dukung Langkah Presiden Kawal Stabilitas Politik Afghanistan

Dikatakan Gus Jazil, sapaan akrabnya pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang mampu melakukan regenerasi secara sukses. Dirinya berharap pada Pilpres 2024 mampu terselenggara dengan semakin menguatnya persatuan di tengah masyarakat dan tak diharapkan munculnya politik identitas.

"PKB berusaha keras agar dalam pemilu ke depan tak terjadi politik identitas," ujar Gus Jazil.

Upaya untuk mencegah adanya politik identitas, ditekankan dan sangat penting menurut PKB adalah pasangan Capres-Cawapres yang ada tidak hanya 2 pasangan.

"Pasangan yang maju minimal ada 3 pasangan. Semakin banyaknya pasangan capres dan cawapres itulah yang dirasa menghilangkan politik identitas. Kalau pasangannya seperti kemarin, 2 pasangan, saya yakin politik identitas akan terjadi lagi," paparnya.  

Baca juga : Gus Jazil Ajak Hidupkan Cagar Budaya Benteng Kuto Besak

Dalam negeri yang penuh dengan keberagaman ini, politik identitas yang dimunculkan  bisa agama, bisa pula etnis. Untuk itulah dalam pemilu yang akan datang, PKB akan mempersiapkan pemilu yang tak ada politik identitas dengan berkeinginan terbentuknya 3 poros pasangan capres dan cawapres.

Undang-undang yang terkait diharap bisa direvisi supaya bisa melonggarkan pengajuan pasangan Capres-Cawapres bisa lebih banyak. Diakuinya pendidikan politik bagi masyarakat bisa meredam adanya politik identitas namun bila pendidikan itu diserahkan kepada partai, hal demikian dirasa akan memberatkan. "Kami tak sanggup bila biaya pendidikan politik dibebankan kepada partai," ungkapnya.

Sebab partai sebagai pilar persatuan diharapkan anggaran dari pemerintah kepada partai politik ditingkatkan sehingga pendidikan politik bisa terlaksana. Bila pendidikan politik terselenggara, Gus Jazil yakin politik identitas dan transaksional bisa diredam.  

Mardani Ali Sera menyebut pendidikan dengan menginternalisasikan diskusi dan dialog yang kritis dianggap sebagai cara untuk meredam politik identitas. Dikatakan, jangankan di Indonesia, di Amerika Serikat di mana tingkat pendidikan sudah sangat tinggi namun politik identitas masih terjadi. Meski demikian diakui bahwa dengan pendidikan yang merata dan tinggi, politik identitas akan tertolak.  

Baca juga : Gus Jazil Sebut Santri Punya Trah Jadi Pemimpin

Penyebab munculnya politik identitas, menurut Mardani Ali Sera adalah adanya ketidakadilan. Untuk itu perlu pemimpin yang mampu mengejawantahkan keadilan bagi semua. Pemimpin harus bisa menjadi contoh bagaimana ia bisa melakukan politik anti identitas.

"Presiden dan elit politik harus mampu memberi contoh politik antiidentitas," ujarnya.  

Ujang Komarudin, dalam paparannya mengakui ada kelompok yang menggorenggoreng politik identitas dengan cara membusuk-vusukkan lawan politik. Cara ini dikelola sehingga menjadi kekuatan perusak. Diakui masyarakat kita adalah masyarakat yang ramah namun ketika pemilu tiba, ia bisa menjadi masyarkat yang beringas. [TIF]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.