Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Pidato HUT Ke-75 RI, Presiden PKS Singgung Pandemi Covid-19 Dan Demokrasi

Senin, 17 Agustus 2020 16:13 WIB
Presiden PKS Mohamad Sohibul Iman/Ist
Presiden PKS Mohamad Sohibul Iman/Ist

RM.id  Rakyat Merdeka - Presiden PKS Mohamad Sohibul Iman menyoroti dua faktor yang akan mengubah permainan ekonomi dan politik hari ini dan masa-masa mendatang.

“Ada dua faktor yang akan menjadi pengubah permainan (game changer) yakni Pandemi dan Demokrasi. Dua faktor ini akan saling mempengaruhi satu sama lain membentuk lanskap ekonomi politik baru," papar Sohibul dalam pidatonya saat Peringatan HUT Ke-75 Republik Indonesia secara virtual dari kantor DPP PKS, Jakarta, Senin (17/8).

Sohibul menerangkan, terkait situasi pandemi. Indonesia per tanggal 16 Agustus 2020 sudah mencatat kasus positif lebih dari 137 ribu dengan korban meninggal 6.071 atau tingkat kematian 4,4 persen.

Menurut dia, hal pertama yang harus dilakukan adalah melakukan mitigasi penyebaran pandemi Covid-19. Pemerintah harus mampu mengendalikan dan menurunkan tingkat penyebaran virus ini.

Baca juga : Di AS, Hampir 100 Ribu Anak Positif Covid-19 Dalam Dua Pekan

"First thing First adalah bagaimana mendorong akselerasi kapasitas Pemerintah Pusat dan Daerah dalam melakukan testing dan tracing. Tanpa kebijakan testing dan tracing yang masif, kita akan sulit menurunkan kurva epidemi," terang doktor lulusan Jepang ini.

Mantan Wakil Ketua DPR ini juga mengkritik data statistik yang dilaporkan pemerintah sebagai angka yang sangat konservatif dan tidak mencerminkan fakta sebenarnya.

Hal tersebut disebabkan dua hal. Pertama, karena setiap korban meninggal yang berstatus suspect, Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dan Orang Dalam Pantuan (ODP) tidak dicatat sebagai kematian akibat Covid-19 mengingat belum ada hasil tesnya.

Kedua, rendahnya kemampuan testing pemerintah. Saat ini Pemerintah Indonesia hanya mampu melakukan testing akumulatif sebanyak 1,8 juta tes atau jika dirata-rata hanya sekitar 6.800 spesimen per 1 juta penduduk. Angka ini sangat jauh dari ideal jika dibandingkan negara-negara lain di Asia, Eropa dan Amerika.

Baca juga : Rayakan HUT RI Ke-75, PDIP Minta Masyarakat Gotong Royong Hadapi Covid-19

Selain pandemi, masa depan demokrasi akan sangat menentukan arah ekonomi politik bangsa Indonesia. Sohibul menyebut relasi antara otoritas negara, kekuatan pasar dan hak-hak rakyat akan ditentukan oleh bagaimana menjalankan roda pemerintahan.

"Apakah Pemerintah memilih jalan konsolidasi demokrasi atau justru menjadikan Pandemi sebagai justifikasi untuk melanggengkan hegemoni oligarki politik dan membuka jalan kembalinya otoritarianisme?," kata Sohibul.

Menurut dia, Indonesia sudah pernah terjebak dua kali dalam rezim pseudo-democracy atau Demokrasi Semu yang sejatinya merupakan rezim otoritarianisme yakni pada masa Demokrasi Terpimpin (1959-1967) di era Orde Lama dan Masa Demokrasi Pancasila (1967-1998) di Era Orde Baru.

Kegagalan kedua rezim tersebut dalam mengkonsolidasikan demokrasi dari demokrasi prosedural menuju demokrasi substansial menjadikan keduanya memilih jalan pintas dengan memutar balik (turn around) ke pilihan authoritarian. 

Baca juga : Tren Budidaya Hortikultura Semakin Meningkat Di Era Pandemi Covid -19

Selama 20 tahun lebih proses demokratisasi pasca reformasi, Indonesia kembali lagi terjebak dalam demokrasi prosedural dalam bentuk yang lain. Ada yang mengatakan Indonesia saat ini terjebak dalam Demokrasi Oligarki di mana demokrasi dikendalikan oleh segelintir elite yang menguasai sumber daya kapital. 

"Oligarki membajak demokrasi dan aktor-aktor demokrasi untuk menghamba kepada kepentingan pemilik modal. Oligarki menguasai elite politik dan para pembuat kebijakan  untuk memuluskan kepentingan pemodal dan investor melalui regulasi yang diciptakan," terang dia. [KW]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.