Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Gelora Dukung Putra Dan Mantu Jokowi Di Pilkada

Anis: Jika Jabatan Diwariskan Tanpa Pemilihan, Baru Dinasti

Sabtu, 19 September 2020 06:37 WIB
Ketua Umum Partai Gelora, Anis Matta
Ketua Umum Partai Gelora, Anis Matta

RM.id  Rakyat Merdeka - Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia mantap mendukung putra Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming  Raka di Pilkada Kota Solo. 

Gelora juga mendukung menantu Jokowi, Bobby Afif Nasution di Pemilihan Kota Medan. Meski begitu, dukungan ini bukan  bagian dari dinasti politik.

Ketua Umum Partai Gelora, Anis Matta mengatakan, alasan mendukung menantu dan putra Presiden itu karena dinamika politik di masing-masing daerah.

Anis menegaskan, Gelora memberikan keleluasaan kepada pengurus daerah untuk mengarahkan dukungan bagi kandidat kepala daerah di Pilkada 2020.

Mantan Sekjen PKS ini menyatakan, semua jabatan publik yang dipilih rakyat langsung  pasti memiliki banyak dinamika  di lapangan. 

“Sudah sepatutnya para pengurus partai di daerah lebih mengetahui dinamika  politik. Itulah prinsip dasar dari kebijakan Gelora dalam pilkada ini,” jelas Anis dalam keterangan persnya, kemarin.

Baca juga : Inter Milan dan Man City Jadi Pilihan Messi Jika Cabut dari Barcelona

Menurut Anis, majunya Gibran dan Bobby dalam Pilkada 2020 tidak berkaitan dengan keinginan Jokowi membangun dinasti politik di daerah.

Dia menilai, setiap warga negara memiliki hak sama untuk mengikuti pemilihan secara langsung sesuai aturan berlaku. 

“Kalau jabatannya ‘diwariskan’ tanpa  pemilihan langsung oleh rakyat,  baru bisa disebut dinasti,” ujarnya.

Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah mengatakan, dukungan partainya kepada anak dan menantu Jokowi bukan berarti melanggengkan ‘dinasti politik’ kekuasaan. 

Dalam terminologi negara demokrasi, dinasti politik tidak ada karena semua  dipilih melalui prosesi politik, bukan warisan kekuasaan secara turun-temurun.

“Dalam negara demokrasi, tidak akan ada dinasti politik. Dia dipilih melalui prosesi politik, orang yang masuk prosesi politik  itu belum tentu menang dan belum tentu juga kalah,” katanya.

Baca juga : Sekolah Diwajibkan Layani Pembelajaran Jarak Jauh

Dinasti politik saat ini, lanjut Fahri, hanya sebagai simbol seperti yang terjadi di Inggris, bahwa pemerintahan dibentuk berdasarkan hasil pemilu demokratis.

“Suara rakyat disahkan raja. Dinasti Windsor berkuasa di Inggris di kerangkeng’ hanya sebagai simbol saja,” tuturnya

Di Indonesia, kata Fahri, pernah dipimpin dinasti politik yang menurunkan kekuasaan secara turun-temurun melalui ‘darah’  seorang raja. 

Yakni pada masa Kerajaan Mataram kuno dipimpin Syailendra, Kerajaan Majapahit  hingga Kerajaan Mataram baru yang dipimpin Panembahan Senopati atau Danang Sutawijaya.

Kalau sekarang di Indonesia, Lanjut Fahri, satu-satunya dinasti politik tersisa adalah Dinasti Hamengkubuwono di Yogyakarta sebagai kelanjutan Kerajaan Mataram baru. Itu pun kekuasaannya disamakan dengan gubernur. 

“Harusnya dinasti itu dipertahankan sebagai kekuatan simbol saja, tidak perlu diberi kekuasaan yang bertanggung jawab  publik,” usulnya.

Baca juga : Sah! Golkar Dukung Menantu Jokowi Di Pilkada Medan

Fahri mengungkapkan keputusan Gelora mendukung Gibran dan Bobby di Pilkada 2020 mendapatkan reaksi beragam. 

Ada pro dan kontra. Yang pro berpandangan, sudah sepatutnya Partai Gelora sebagai partai baru dan terbuka berkolaborasi dengan siapa saja, termasuk dukungan di Pilkada 2020.

Yang kontra, Partai Gelora dinilai akan ikut melanggengkan dinasti politik Jokowi. Apalagi selama ini Fahri Hamzah kerap  mengkritik berbagai kebijakan Jokowi, sehingga dukungan kepada Gibran-Bobby itu mengejutkan berbagai pihak.

“Saya berdebat dengan orang orang yang mempersoalkan, Anda ngerti nggak sih arti dinasti sebagai konsepsi politik? Lalu, saya tanya lagi, Anda ngerti nggak oligarki sebagai konsepsi politik? Anda pasti nggak baca itu teori-teori terminologi dinasti  politik,” tutup Fahri.  (EDY)

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.