Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Cetak Pemimpin Di Injury Time

Kamis, 26 Januari 2023 04:57 WIB
SUPRATMAN
SUPRATMAN

RM.id  Rakyat Merdeka - Kaesang Pangarep akan maju sebagai calon kepala daerah. Bocoran itu disampaikan kakaknya yang juga Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka.

Walikotakah? Solo? Atau di daerah lain? Potensi besarnya tampaknya di Solo. Kenapa? Karena Gibran sudah menyatakan keinginannya untuk naik, bertarung di pilgub. Kemungkinan Jawa Tengah atau DKI Jakarta. Kekosongan di Solo itulah yang bisa dimanfaatkan Kaesang yang sekarang berusia 28 tahun.

Seperti biasa, ini pasti mengundang pro kontra. Ada yang mendukung, ada yang tidak. Banyak hal yang bisa menjadi bahan diskusi. Mulai dari aspek hak asasi bahwa semua warga negara punya hak yang sama, sehingga hak asasi seseorang untuk maju tak bisa dilarang, sampai diskursus mengenai dinasti politik.

Yang juga tak kalah pentingnya yakni lemahnya kaderisasi parpol, terutama untuk pilkada dan pemilu legislatif. Mengambil nama-nama popular menggambarkan lemahnya parpol melakukan kaderisasi.

Baca juga : Pamela Anderson, Dilecehkan Tim Allen

Lemahnya kaderisasi parpol sebenarnya isu lama. Kekhawatiran ini semakin menguat ketika parpol kian gencar merekrut nama-nama beken sebagai vote getter. Sebagai penarik massa dan pemilih.
Bahkan, beberapa pemilu terakhir, sempat ada kabar mengenai uang mahar untuk melamar nama-nama beken, seperti artis. Nilainya sampai miliaran rupiah.

Di antara nama-nama tersebut, ada yang cepat belajar, ada juga yang tidak, sehingga kualitas mereka dipertanyakan. Pernah, di rapat DPR, ada seorang anggota dewan berlatar dunia hiburan mempertanyakan dengan serius “kenapa Indonesia tidak mengirim Timnas sepak bolanya ke Piala Dunia?”.

Dia tidak tahu kalau keikutsertaan di Piala Dunia sepakbola harus melalui proses panjang mulai babak kualifikasi. Tidak bisa langsung mengirim Timnas seperti halnya SEA Games. 

Sekarang, para kandidat popular mestinya sudah sangat pandai dan penuh persiapan sebelum maju Pilkada atau pemilu legislatif.

Baca juga : Bos BI Tetapkan 26 Pemimpin Baru Bank Indonesia

Untuk kaderisasi, kita perlu melihat kiprah PDI-P yang sepertinya tak pernah kehabisan kader. Untuk Pilpres misalnya, ada nama Puan Maharani dan Ganjar Pranowo.

Untuk Pilkada Jateng dan DKI Jakarta, juga ada nama Gibran dan Tri Rismaharini yang sekarang menjabat Menteri Sosial.

Entah hasil kerja partai atau tim suksesnya yang dominan, nama-nama mereka sudah dibentuk jauh-jauh hari. Kiprah mereka kerap menghiasi pemberitaan. Dari situ bisa dibaca bahwa si calon tengah disiapkan. Itu hanya salah satu upaya. 

Partai-partai lain sepertinya belum terlalu lihai melakukan hal tersebut. Akibatnya, mereka tertinggal dari sisi “pembentukan” dan “memoles” kader. Karena, mencetak pemimpin di “injury time” pasti akan keteter.

Baca juga : Pagi Ini, Jokowi Ajak Pemimpin G20 Ke Tahura Bali

Yang justru terlihat berhasil adalah kaderisasi yang dilakukan para petinggi partai. Di pusat maupun daerah. Walau, ada juga yang terkesan dipaksakan. Istilah popularnya, dikarbit. Dipaksa matang sebelum waktunya.

Kenapa petinggi partai bisa melakukannya sementara partai sebagai institusi, belum bisa optimal? Inilah yang harus dipelajari dan perlu dijawab oleh partai politik sebagai sebuah institusi.(*)

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.