Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Kinerja Industri Manufaktur Terganggu Urusan Koordinasi Antarinstansi
- KAI Tutup Posko Angkutan Lebaran, Penumpang KA Naik 18 Persen
- 100.000 Pendukung Prabowo-Gibran Gelar Aksi Damai di MK, Jumat Besok
- Didampingi Ibu Wury, Wapres Gelar Halal Bihalal Bareng Pegawai Dan Media
- Bobby Tetap Mau Daftar Jadi Bacagubnya PDIP
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
RM.id Rakyat Merdeka - Sejak Desember kemarin, lato-lato mendadak menjadi permainan yang digandrungi di masyarakat. Tidak hanya anak-anak, sebagian orang dewasa juga ikut keranjingan. Sampai sekarang, di mana-mana, kita masih sering dengar bunyi “tok-tak-tok-tak” dari permainan ini. Kadang, suaranya yang berisik bikin sebagian orang jadi jengkel.
Permainan jenis ini sebenarnya sudah lama ada di masyarakat kita, terutama di pedesaan. Biasanya, ini adalah permainan balita untuk melatih motorik mereka. Alatnya memang sedikit beda, tidak memakai tali seperti sekarang. Entah bagaimana awalnya, tiba-tiba, permainan dua buah bandul yang diayun-ayunkan kemudian dibentur-benturkan itu tiba-tiba booming.
Baca juga : Samsul Siap Jebol Gawang Persija
Ternyata, jika kita amati secara seksama, di dunia politik pun sedang booming permainan “lato-lato” ini. Para politisi seakan berkompetisi memainkannya setiap menjelang Pemilu. Memang bukan lato-lato betulan, tetapi cara mainnya sama, membentur-benturkan. Yang dibenturkan adalah dua pihak atau dua kepentingan.
Sama seperti lato-lato yang dimainkan anak-anak, permainan “lato-lato” politik ini juga sangat berisik. Saling bentur, saling serang, demi mendapatkan suara paling nyaring di tengah masyarakat. Segala hal diributkan, segala hal dibentur-benturkan, segala hal dipolitisasi. Tidak ada habis-habisnya.
Bagi para pemain “lato-lato” politik, mungkin hal ini menyenangkan. Mereka puas dengan bisa memunculkan suara di tengah masyarakat. Mereka juga senang dengan citra peduli semu yang muncul.
Tapi, bagi sebagian masyarakat yang mendengarnya, kebisingan ini sangat mengganggu. Suasana yang terlalu berisik itu membuat kondisi tidak kondusif. Membuat telinga pengang dan suhu politik panas. Bahkan bisa menyebabkan gesekan di akar rumput.
Baca juga : Pakar Hukum: Sistem Proporsional Terbuka Picu Politik Uang dan Korupsi
Karena itu, untuk para politisi, alangkah bijaknya jika bisa lebih mengerem permainan “lato-lato” politik ini. Bermain boleh-boleh saja, asal jangan terlalu sering dan segala hal dibentur-benturkan. Cukup sesekali saja. Cukup saat ada sesuatu yang krusial saja, yang menyangkut hajat hidup masyarakat. Itu pun tidak perlu terlalu keras mainnya.
Ingat pula, bermain “lato-lato” politik juga harus pro. Sama seperti lato-lato pada permainan anak-anak, jika tidak mahir, tangan sendiri yang akan terbentur bola plastiknya. Jika berkali-kali, tangan bisa memar dan biru. Begitu juga dengan “lato-lato” politik. Jika tidak menguasainya dengan baik, politisi itu sendiri yang akan babak-belur.
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya