Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Bercermin Dari Triliuner Gautam

Selasa, 7 Februari 2023 04:42 WIB
SUPRATMAN
SUPRATMAN

RM.id  Rakyat Merdeka - Bagaimana rasanya kehilangan uang senilai 1.700 triliun rupiah dalam waktu singkat?

Hanya satu orang yang bisa merasakannya: konglomerat India, Gautam Adani. Usianya 60. Kelahiran Gujarat. Anak seorang pedagang tekstil. Dia tidak menyelesaikan pendidikan sarjana dan memilih menjadi tukang sortir berlian di Mumbai. 

Awalnya tidak ada guncangan terhadap perusahaannya, Adani Group. Apalagi, grup usaha ini dikenal dekat dengan para petinggi pemerintahan India.

Narendra Modi, Perdana Menteri India sekarang, adalah teman Gautam. Mereka sama-sama merintis perjuangan dari Gujarat. Modi di politik, Gautam di bisnis.

Namun, 24 Januari 2023, angin topan itu datang menyapu. Sumbernya dari luar. Dari Hindenburg Research, perusahaan riset investasi yang berbasis di New York. 

Baca juga : Menperin: Hilirisasi Kunci Negara MajuĀ 

Judul riset itu sangat menarik, “Adani Group: How The World’s 3rd Richest Man is Pulling The Largest Con In Corporate History”. Tebalnya “cuma” 104 halaman, tapi bisa mengguncang India. Kerugian yang menimpa “perorangan” itu sama dengan seperempat PDB India.

Hindenburg menuduh grup yang bergerak di banyak usaha itu melakukan pencucian uang, manipulasi harga saham dan akuntansi, mengakali pajak serta penipuan. Adani juga dituduh mempercantik keuangan, yang sebenarnya penuh bopeng dengan utang menumpuk.

Hindenburg memberi warning: hati-hati dengan Adani Group. Saat itu, Adani sedang menggalang dana segar dari masyarakat dan investor asing senilai Rp 37,7 triliun.

Laporan Hindenburg itu mendadak mempengaruhi para investor. Adani rontok dalam sekejap. Kekayaan pribadi Gautam juga lenyap. 

India terguncang. Bank Sentral India, RBI, khawatir kalau bank-bank di India berhubungan dengan Adani. Risikonya bisa merembet kemana-mana. Misalnya, rush serta ketidakpercayaan terhadap perbankan. Karena itu, RBI segera melakukan penyelidikan.

Baca juga : Duit 500 Triliun Habis Untuk Studi Banding

Adani sudah membantah laporan Hindenburg dengan menyebutnya sebagai “tidak berdasar dan jahat”. Hindenburg dituduh membuat serangan terencana terhadap India.

Hindenburg balik membantah dengan menyebut “masa depan India dibendung oleh Grup Adani, yang mengibarkan bendera India sambil secara sistematis menjarah negara.”

Karena itu, sangat wajar kalau kemarin Presiden Jokowi mengingatkan supaya hati-hati terhadap kasus di India ini. Jangan sampai terjadi di Indonesia.

“Gorengan emang enak. Goreng menggoreng (saham) ketika sedang dapet, ya enak. Tapi kalau kepeleset, jadi seperti India,” warning Presiden Jokowi dalam pembukaan Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan 2023, Senin (6/2).

Peringatan Presiden ini perlu ditindaklanjuti serius. Perlu langkah konkret dan berkelanjutan. Jangan “panas-panas tai ayam”. Apalagi Indonesia sedang diguncang kasus “koperasi” yang sangat mengguncang: kasus KSP Indosurya.

Baca juga : Simbol Feminisme Banten

Kasus ini disebut-sebut sebagai kasus penipuan dan penggelapan dana masyarakat terbesar dalam sejarah Indonesia. Nilainya, 106 triliun rupiah. Nasabahnya 23.000. 

Yang mengagetkan, bos Indosurya yang menjadi terdakwa, ternyata divonis bebas, Selasa (24/1) lalu. Menko Polhukam Mahfud MD geram. Dia kemudian mengumpulkan pejabat terkait di kantornya.

Seusai rapat, Mahfud tegas mengatakan, “Indonesia terkejut. Kita tidak boleh kalah untuk menegakkan hukum dan kebenaran. Kita tidak akan takluk terhadap mafia-mafia dan penghisapan kekayaan rakyat”.

Sebuah tekad luar biasa dan serius. Bagi rakyat, seperti biasa: hasil konkretnya selalu ditunggu, sebagai bukti janji dan tekad itu.(*)

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.