Dark/Light Mode

Bukber IFA, Muncul Curhat Nasib Pelatih Indonesia

Jumat, 31 Mei 2019 22:27 WIB
Para legenda yang tergabung dalam Indonesia Football Ambassador (IFA) saat buka puasa bersama di BSD, Tangerang SSelatan, Kamis (30/5). (Foto: Wuryanto/Rakyat Merdeka).
Para legenda yang tergabung dalam Indonesia Football Ambassador (IFA) saat buka puasa bersama di BSD, Tangerang SSelatan, Kamis (30/5). (Foto: Wuryanto/Rakyat Merdeka).

RM.id  Rakyat Merdeka - Sejumlah mantan pemain nasional dan legenda sepak bola Indonesia pada Kamis (30/5) menggelar acara berbuka puasa bersama.

Para legenda yang tergabung dalam Indonesia Football Ambassador itu bertemu melepas kangen di Green Resto, BSD, Tangerang Selatan.

Pemain dari 5 generasi tampak hadir dalam acara tersebut. Mulai dari Tan Liong Houw atau LH Tanoto yang pernah tampil bersama Timnas di Olimpiade Melbourne tahun 1956, kemudian Bob Hippi, anggota timnas tahun 1962.

Selain itu ada striker Timnas era 1970-an Risdianto, hingga pemain era 1990-an seperti Rochy Putiray. Masalah sertifikasi atau lisensi sejumlah pelatih asing di klub-klub pro Indonesia menjadi salah satu permasalahan yang dianggap krusial.

Baca juga : Generasi Muda Kunci Kekokohan Bangsa Indonesia

Pasalnya kejelasan lisensi para pelatih tersebut, terutama yang berasal dari Brasil banyak dipertanyakan.

“Bagaimana mungkin pelatih asal Brasil yang tidak punya lisensi pro, ketika diharuskan memiliki lisensi pro, mereka pulang ke negaranya, kemudian seminggu lagi balik ke Indonesia dan sudah mengantungi lisensi pelatih pro,” ucap Bambang Nurdiansyah, salah satu instruktur pelatih AFC yang dimiliki Indonesia.

Bambang yang juga mantan striker timnas ini mempertanyakan keseriusan PSSI dalam memberikan kesempatan kepada pelatih local untuk berkembang.

“Saya dulu, bersama pelatih lain seperti Aji Santoso, Widodo C. Putro, dan lain-lain mengambil lisensi pelatih A Pro dari AFC butuh waktu yang tidak singkat sekitar satu tahun empat bulan dengan biaya sendiri dalam kursus hingga 250 juta rupiah,” kata Bambang.

Baca juga : Tol Laut Lokomotif Pembangunan Indonesia Timur

Namun pelatih dari Brasil bisa dengan leluasa masuk bursa pelatih di Indonesia.

“Saat kami tanyakan hal ini ke PSSI, kala itu Joko Driyono, (ketua umum PSSI), tak bisa berbuat banyak. Alasannya lisensi para pelatih Brasil itu diberikan oleh negara yang sudah lima kali juara dunia,” ucap Bambang.

PSSI Tak Peduli Menurut Bambang permasalahan sebenarnya bukan di situ. Namun dari sisi lisensi mereka jelas-jelas dipertanyakan.

Hal ini telah menghilangkan kesempatan bagi pelatih lokal untuk melatih klub-klub di Liga 1 yang bergengsi. Dede Sulaiman, mantan sayap kanan timnas Indonesia menyoroti lemahnya PSSI dalam menyikapi permasalahan pelatih itu.

Baca juga : CEO Mitsubishi Pusat Mundur, Penggantinya Dari Indonesia

“PSSI harus tegas. Ini bisa terjadi karena organisasi PSSI tidak benar. Di PSSI saat ini memang ada beberapa mantan pemain nasional di sana, tetapi peran mereka tidak besar,” ujar mantan pemain Indonesia Muda itu.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.