BREAKING NEWS
 

Merdeka Belajar Sejalan Dengan Pendidikan Islam

Reporter & Editor :
UJANG SUNDA
Rabu, 2 Maret 2022 18:05 WIB
Nurlaeli, M.Pd. (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Oleh: Nurlaeli, M.Pd.

Kebijakan Merdeka Belajar yang dikeluarkan Mendikbud Nadiem Makarim pada 22 November 2019 mengubah banyak hal dalam proses pendidikan nasional. Mulai dari praktik pembelajaran yang lebih menekankan kepada minat siswa, proses penilaian yang tidak lagi fokus pada kemampuan kognitif dan diserahkan kepala satuan pendidikan, sampai proses penyusunan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang lebih simpel.

Ada empat pokok kebijakan dalam Merdeka Belajar, yakni mereformasi sektor Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN), Ujian Nasional (UN), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Peraturan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Zonasi. USBN digantikan dengan ujian asesmen. UN dihentikan dan digantikan dengan asesmen kompetensi minimum, RPP dipersingkat menjadi satu halaman, dan zona PPDB dibuat lebih fleksibel.

Dengan kebijakan ini, sekolah bisa lebih mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan visi misi masing-masing. Karena sudah tidak terikat lagi dengan tujuan akhir UN dan USBN. Guru pun lebih merdeka dalam menentukan pilihan materi yang akan diberikan kepada peserta didik. Tentu pemilihan materi ini harus melalui observasi dahulu untuk menentukan yang benar-benar sesuai dengan kondisi dan situasi serta yang dapat menunjang potensi dan kebutuhan peserta didik.

Baca juga : Menpora Matangkan Persiapan Asean Para Games XI 2022

Dengan adanya Merdeka Belajar, keterlibatan siswa dalam pembelajaran pun meningkat. Mereka akan lebih bahagia saat belajar. Siswa yang bahagia cenderung lebih giat belajar sehingga kontribusi mereka meningkat dengan signifikan ketimbang mereka yang tidak sedang bahagia (Delpianus Piong, 2020: 291).

Dalam Islam, konsep kemerdekaan sangat dijunjung tinggi. Allah SWT memberi kebebasan manusia melaksanakan aktivitas apa pun yang diinginkannya. Namun, setiap pilihan dari kebebasan itu terdapat konsekuensinya. Yang baik akan mendapat kebaikan, yang jelek akan mendapat keburukan. Kebebasan ini pun ada di dunia Pendidikan Islam.

Merdeka Belajar sudah diterapkan sejak lama di dunia Pendidikan Islam. Termasuk di pesantren-pesantren.

Kemerdekaan adalah salah satu hak dasar bagi manusia. Menurut Hamka, kemerdekaan adalah semangat hidup manusia dan tonggak kejayaannya (Hamka, 1990:161). Manusia dilahirkan merdeka. Ia lahir ke dunia dengan tidak mengenal perbedaan.

Baca juga : Bidik Kelas Menengah, Haus! Targetkan 719 M

Ada tiga pokok hakikat kemerdekaan itu menurut Hamka, yaitu merdeka iradah (kemauan), merdeka pikiran atau bebas menyatakan pikiran, dan merdeka jiwa yaitu bebas dari ketakutan. Hakikat kemerdekaan ini dapat dijadikan landasan dalam mengaplikasikan proses Merdeka Belajar.

Siswa Merdeka dan Guru Merdeka
Menurut Ahmad Syafi’i Ma'arif, pendidikan harus diubah secara radikal agar memiliki visi ke depan dan mampu memberikan pencerahan. Selama ini, sistem pendidikan dianggap masih belum memberikan ruang kreativitas dan keingintahuan pelajar. Oleh sebab itu, menurut Buya Syafi’i Ma’arif, sistem dan orientasi pendidikan yang diusulkan adalah model pendidikan yang dapat membebaskan (baca: memerdekakan) manusia dari budaya yang serba verbal, mekanistik, dan dangkal (Ahmad Syafi’i Ma'arif, 1993:148).

Adsense

Memposisikan siswa yang merdeka adalah menjadikannya sebagai subjek dalam proses belajar. Memberikan mereka ruang untuk yang membuat keputusan sendiri dalam menjalani proses pembelajarannya. Membuat keputusan sendiri adalah salah satu unsur dalam proses Merdeka Belajar.

Perjalanan Hamka selama mencari ilmu dapat dijadikan contoh murid merdeka, membuat keputusan sendiri dalam menjalani proses belajarnya. Dalam webinar Paradigma Pendidikan Merdeka Belajar Ala Buya Hamka, Prof dr. Fasli Jalal mengatakan, di masa Buya Hamka sekolah hanya mengajarkan hafalan, tidak memberikan kesempatan siswa bereksplorasi. Hamka tidak nyaman dan akhirnya memilih berguru ke Engku Zaenudin Labay. Engku Zaenudin Labay inilah yang ikut memerdekakan dan membuka cakrawala intelektual Buya Hamka tentang dunia luar.

Baca juga : PNM Gelar Pelatihan Petani Kopi Nasabah Mekaar Di Kintamani

Petikan kisah Hamka itu sinkron dengan pernyataan Nadiem Makarim bahwa peserta didik akan menjadi merdeka jika gurunya dapat memerdekakannya dan memerdekakan dirinya sendiri. Nadiem menegaskan, Merdeka Belajar yang tidak terjadi di guru tidak mungkin terjadi di murid. Sebelum guru memahami peserta didik sebagai manusia yang merdeka, dia juga harus memahami dirinya sebagai guru merdeka.

Dalam pendidikan Islam, Nabi Muhammad SAW kerap dijadikan contoh bagaimana menjadi guru yang ideal. Beliau bukan hanya mudarris, tetapi juga muallim, muzakki, murabbi, mu’addib, murshid, dan mutli. Maka, sangat besar tanggung jawab seorang pendidik, karena pendidik bukan hanya berkewajiban mentransfer ilmu, tetapi juga harus memelihara dan melestarikan aspek jasmani dan rohani peserta didik.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :

Berita Lainnya
 

TERPOPULER

Adsense