BREAKING NEWS
 

Oleh-oleh Catatan Kesehatan Sepulang Umroh, Arab Tak Lagi Sembarangan Jual Antibiotik

Reporter & Editor :
FIRSTY HESTYARINI
Minggu, 29 Januari 2023 18:51 WIB
Prof. Tjandra Yoga Aditama dan istri, santai di Kebun Kurma, Arab Saudi. (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Mantan Direktur WHO Prof. Tjandra Yoga Aditama yang baru saja pulang umroh bersama istri tercinta, memberikan oleh-oleh catatan kesehatan dari Tanah Suci.

Prof. Tjandra bercerita, di sela kegiatan umrohnya pekan lalu, rombongannya dibawa ke Kebun Kurma

"Ini bagus. Sekarang, jemaah umroh kita hanya berkunjung ke kebun kurma. Tidak lagi dibawa jalan-jalan ke peternakan unta, yang dulu sering jadi paket kunjungan. Karena memang ada potensi tertular penyakit Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-CoV), meski risikonya kecil," papar Prof. Tjandra dalam keterangan yang diterima RM.id, Minggu (29/1).

"Kita ingat, kasus pertama MERS CoV Malaysia datang, setelah berkunjung ke peternakan Unta di Arab Saudi," imbuhnya.

Catatan kedua adalah penjualan antibiotika yang tidak sembarangan.

Baca juga : Legislator PPP Ingatkan Pemkot Bandung, Area Merokok Jangan Ganggu Aktivitas Publik

Biasanya, kata Prof. Tjandra, sangat mudah membeli antibiotika di toko farmasi seputar Kota Mekkah dan Madinah. Tapi sekarang, harus ada resep dokter. Sangat ketat.

"Ini hal yang amat baik, karena penjualan bebas antibiotika tanpa resep dokter akan berujung pada terjadinya pandemi senyap antimicrobial resistance (AMR)," jelas Direktur Pasca Sarjana/Guru Besar FKUI ini.

Dia pun teringat pengalamannya, saat menjadi koordinator AMR di WHO Asia Tenggara. Ketika itu, koordiantor AMR di WHO Jenewa adalah dokter wanita dari Saudi.

Adsense

Rupanya dia walk the talk alias menjalankan apa yang telah dikatakan. Dokter wanita itu membuat aturan AMR tingkat dunia, dan berhasil menerapkan di negaranya sendiri.

"Mudah-mudahan, semua apotek kita juga ketat menjaga aturan. Jangan bolehkan orang membeli antibiotika tanpa resep dokter. Karena itu akan merugikan pasiennya sendiri," tutur Prof. Tjandra.

Baca juga : Teken MoU Dengan Kementerian Kesehatan, PBNU Ikut Bantu Pemerintah Tangani Stunting

Ketiga, ada teman yang membawa orang tuanya yang sakit, dengan kursi roda, ke klinik di Madinah. Ternyata, antreannya panjang sekali. Sampai sekitar 50 orang. Akhirnya, dia batal berobat, karena khawatir orang tuanya tambah sakit.

"Ini tentu perlu dicari jalan keluar terbaik. Misalnya, dengan menambah fasilitas pelayanan kesehatan di Mekkah, Madinah, dan atau memberi fasilitas khusus bagi mereka yang sakitnya agak berat, lansia dengan kursi roda, dan sebagainya," kata Prof. Tjandra.

Keempat, larangan merokok di seputar Masjidil Haram Mekkah dan Masjid Nabawi Madinah, yang lestari hingga saat ini.

"Sejak pertama kali bertugas sebagai tim Kesehatan Haji pada tahun1990, merokok di seputaran Masjidil Haram Makkah dan Masjid Nabawi Madinnah memang tidak dibolehkan. Aturan ini tetap dijaga ketat sampai sekarang. Bahkan, hingga ke hotel," beber Prof. Tjandra.

Di lobi hotel tempat Prof. Tjandra menginap, tertulis peringatan pemerintah setempat, yang melarang aktivitas merokok sampai jarak sekitar 10 meter dari hotel.

Baca juga : The Yanks Andalkan Taktik Serangan Balik

Kalau tertangkap, dendanya 200 riyal, atau sekitar Rp 800 ribu.

"Semoga, larangan merokok di tempat umum juga makin ketat diberlakukan di negara kita. Supaya masyarakat luas dapat menghirup udara bersih, sehat bebas asap rokok," pungkas mantan Dirjen Pengendalian Penyakit serta mantan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes). ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :

Berita Lainnya
 

TERPOPULER

Adsense