BREAKING NEWS
 

Sedih Ketinggalan Belajar

Reporter : IRMA YULIA
Editor : FITRIYANA YULIANTI
Jumat, 12 Maret 2021 06:14 WIB
Catatan :
Redaktur

RM.id  Rakyat Merdeka - Siang tadi, tiba-tiba keponakan saya bangun tidur langsung nangis. Usianya tujuh tahun. Ditanya, kenapa nangis? Dia jawab ketinggalan pelajaran.

Iya, kebetulan hari ini pertama kalinya saya dampingi dia sekolah online. Jadwalnya, pukul 08.00 WIB pagi baca Al-Quran, pukul 08.30 WIB ulangan agama, pukul 09.00 WIB pelajaran matematika.

Terakhir, pukul 13.00 WIB belajar ngaji lagi. Sekolahnya, memang masuk kategori sekolah Islam. Mayoritas pelajarannya, mengaji dan soal agama.

Baca juga : Diketawain Malam-malam

Pas jam belajar siang, dia memang ketiduran. Kami, orang rumah sudah tahu dia ada jam sekolah jam satu siang, tapi semua ragu membangunkannya. Saya juga mau bangunin, tapi lagi nanggung ngelarin kerjaan.

Alhasil, dia bangun pukul 13.45 WIB. Langsung ke meja laptop, sambil menangis. Saya coba bantu klik linknya, “Nggak bisa diklik,”. Dia bilang “Iya, udah selesai. Nggak bisa lagi,”. Lalu nangisnya berkepanjangan, sesenggukan.

Adsense

“Ya, udah nggak usah nangis, kan nggak belajar karena ketiduran, bukan karena main ke luar,”. Saya penasaran nunggu responnya. “Tapi, nanti Bunda marahin aku,” katanya masih sambil nangis. Plus, terlihat ketakutan.

Baca juga : Pandemi Membawa Berkah

Akhirnya, saya cuma bisa bilang. “Mamas, harusnya nangis karena ketinggalan pelajaran, bukan karena takut dimarahi Bunda. Belajar lah, karena Mamas suka belajar, bukan karena takut dimarahi Bunda,”.

Lalu, aku tanya lagi, “Mamas takut banget sama Bunda?,” Dia mengangguk. Huft, sedih.

Sepanjang pagi tadi dampingi dia belajar, saya nangkap beberapa hal dari caranya belajar. Pertama, dia memang nggak fokus, nggak mendengarkan penjelasan gurunya. Begitu gilirannya ditanya, dia gugup, terbata-bata memberi jawaban. Lebih tepatnya “nggak pede” menjawab soal. Padahal, dia bisa.

Baca juga : Olahraga Di Kawasan PIK 2

Bukannya mau sok tahu, apalagi menggurui. Memang tidak mudah menjadi orang tua, tapi alangkah baiknya, sikap tegas kita sebagai orang tua, di-review lagi.

Dilihat lagi bagaimana dampaknya. Apakah, sikap tegas kita, mampu membuat anak berkembang menjadi pribadi yang baik?

Atau, justru membuat hatinya “kecut”, sehingga si anak melakukan segala sesuatu hanya agar terhindar dari amukan orang tua. Think Twice! [Irma Yulia/Wartawan Rakyat Merdeka]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :

Berita Lainnya
 

TERPOPULER

Adsense