BREAKING NEWS
 

Puan Kenang Tragedi Kudatuli

Rumah Seperti Pengungsian, Dapat Tugas Nyiapin Makan

Reporter : M ADE AL KAUTSAR
Editor : SISWANTO
Kamis, 28 Juli 2022 07:46 WIB
Ketua DPP PDIP Puan Maharani. (Foto: Instagram/puanmaharaniri)

RM.id  Rakyat Merdeka - Tragedi 27 Juli 1996 yang masyhur dikenal dengan sebutan "Kudatuli" (akronim dari Kerusuhan dua puluh tujuh Juli), masih belum hilang dari ingatan Puan Maharani. Sebagai putri dari Megawati Soekarnoputri, Puan menyaksikan langsung tragedi berdarah yang terjadi 26 tahun silam itu. Puan mengenang saat rumahnya seperti pengungsian, dipenuhi banyak korban luka-luka. Selain ikut merawat, Puan juga ditugaskan Mega untuk nyiapim makan dalam jumlah besar.

Kudatuli jadi sejarah kelam dalam karir politik Megawati bersama PDIP, saat itu masih bernama PDI. Dalam tragedi itu, kantor PDI di Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta diserang ratusan orang tak dikenal. Perang pun pecah. Markas PDI milik Mega dibakar massa. Ratusan orang luka-luka dan harus dilarikan ke rumah sakit.

PDI yang kini berubah menjadi PDIP, selalu memperingati tragedi tersebut setiap tahunnya. Seperti kemarin, PDIP kembali memperingati Kudatuli dengan acara tabur bunga di kantor DPP PDIP, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta.

Baca juga : Puan Ingatkan Tren Kasus Covid Naik, DPR: Gas Dan Rem Perlu Dilakukan

Upacara dipimpin Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto. Selain Hasto, jadir juga Ketua DPP Ribka Tjiptaning, Yanti Sukamdani, mantan tim pembela PDIP Tumbu Saraswati, Anggota DPR Nyoman Parta, serta puluhan keluarga korban yang biasa disebut Forum Komunikasi Kerukunan (FKK).

Puan yang tidak hadir di acara tersebut, membagikan pengalamannya dalam peristiwa Kudatuli lewat keterangan tertulisnya. Dalam keterangannya itu, Puan mengaku, saat tragedi terjadi, dirinya masih berstatus sebagai mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia. Meskipun masih kuliah, Puan sudah sering diajak mendampingi Mega dalam berbagai kegiatan politik. Termasuk saat peristiwa Kudatuli.

Di hari tragedi itu terjadi, Puan menceritakan, ia bersama Megawati sudah bersiap berangkat ke kantor DPP PDI dari kediamannya di Jalan Kebagusan, Jakarta Selatan. Namun, tiba-tiba mereka dihubungi oleh kader mengenai situasi panas di DPP PDI.

Baca juga : Nggak Semudah Seperti Balikkan Telapak Tangan

Megawati kemudian diberitahu, situasi di Diponegoro sudah semakin genting. Megawati bersama suami, Taufik Kiemas dan putrinya pun diminta menunggu di rumah mereka. Dari rumah di Kebagusan, mereka terus memantau situasi di kantor DPP PDI. Selang berapa lama, Puan mengingat keluarganya diberitahu adanya penyerangan hingga pembakaran di kantor tersebut.

Adsense

“Menit per menit itu semuanya kan report ke ibu saya. Sekarang ada beberapa truk yang mendekati DPP Diponegoro. Semua sudah turun berpakaian hitam-hitam," cerita Puan. "Sampai akhirnya terjadi peristiwa penyerangan, penyerbuan, pembakaran dan sebagainya,” lanjutnya.

Tidak berapa lama, rumah Megawati mulai didatangi korban-korban kerusuhan tersebut. Puan menyaksikan dengan mata kepalanya, banyak orang dibawa ke rumahnya dalam keadaan luka parah. Mereka adalah simpatisan PDI yang menjadi korban Kudatuli. “Rumah (Megawati) sudah kayak tempat pengungsian,” kenang Puan.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :

Berita Lainnya
 

TERPOPULER

Adsense