Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
RM.id Rakyat Merdeka - Bank Indonesia (BI) menyebut ekonomi dunia tengah pulih. Namun pemulihan ekonomi tersebut, justru terjadi tak merata di seluruh dunia. Terutama perbandingan bagi negara-negara maju dan berkembang.
Hal ini lantaran stimulus fiskal yang berjalan di tiap negara berbeda-beda. Game changer negara maju lebih akseleratif dibanding di negara emerging market.
Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, IGP Wira Kusuma mengatakan, di triwulan III-2021 pertumbuhan ekonomi di berbagai negara seperti Amerika Serikat (AS), China, dan Jepang melambat akibat kenaikan kasus varian delta Covid-19, serta gangguan rantai pasok dan energi.
Namun di sisi lain, pertumbuhan ekonomi di Eropa tetap tinggi didorong oleh pembukaan ekonomi yang semakin luas. Memasuki triwulan IV-2021, pemulihan ekonomi global diperkirakan terus berlangsung.
“Hal ini dikonfirmasi oleh berbagai indikator dini pada Oktober 2021, seperti Purchasing Managers' Index (PMI), keyakinan konsumen, dan penjualan ritel, termasuk mulai berkurangnya keterbatasan energi di China," jelas Wira dalam pelatihan wartawan yang berlangsung di Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (20/11).
Wira melanjutkan, dari dalam negeri, stimulus pemulihan telah dilakukan. Di mana saat ini sudah dibuka beberapa sektor ekonomi meski belum sepenuhnya. Diharapkan dengan adanya vaksinasi dan transmisi suku bunga bisa semakin memperrcepat pemulihan ekonomi.
Baca juga : Saatnya, Ekonomi Menuju Ke Puncak
"Konsumsi dan investasi domestik belum kuat, tapi aliran modal dari asing masih mengalir, ini mempengaruhi variable ekonomi. Di mana upaya ini juga tak terlepas dari sinergi kebijakan BI dan lembaga terkait lainnya," kata Wira.
Di kuartal III-2021, level pre-Covid-19 bisa dibilang pemuilhan ekonomi sudah melewati prepandeminya. Di mana pertumbuhan ekonomi banyak didorong oleh net ekspor. Sehingga peranan ekspor cukup signifikan di saat pandemi.
Pihaknya berharap, ekspor yang akan membantu ke depannya. Permintan domestik diharapkan mengkuti permintaan ekspor, melihat mobilitas yang mulai naik, sebagian besar maupun spasial.
Kemudian inflasi yang relatif tetap terjaga, kebijakan moneter, uang beredar tetap tinggi, likuditas longgar, tren suku bungan tetap turun, Capital Adequacy Ratio (CAR) perbankan yang tetap memadai, hingga kredit yang mulai naik.
Ia mengingatkan, hal-hal yang perlu diwaspadai. Mulai dari gangguan rantai pasok, kenaikan harga komoditas hingga keterbatasan energi. "Ketidakpastian pasar global belum mereda," warning-nya.
Chief Economist dari The Indonesia Economic Intelligence Sunarsip mengamininya. Pertumbuhan ekonomi selama 2021 dipengaruhi faktor dalam dan luar negeri. Dari domestik, pemerintah dinilai mampu menjaga stabilitas, yang ditandai oleh stabilnya nilai tukar rupiah dan terjaganya laju inflasi di level yang affordable.
Baca juga : Bantu Ekonomi Desa, Akmil Gelar Pelatihan Digitalisasi
"Dari eksternal, ekspor seiring dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi negara mitra utama, sehingga mendorong permintaan dari luar negeri," katanya.
Selain itu, kenaikan harga komoditas, sehingga meningkatkan nilai ekspor. Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah, BI dan OJK memberikan kontribusi terhadap capaian pertumbuhan ekonomi saat ini.
"Namun demikian, daya dorongnya masih terbatas seiring dengan terbatasnya kemampuan sektoral dalam memanfaatkan dari berbagai kebijakan tersebut. Hal ini antara lain terlihat dari rendahnya pertumbuhan kredit perbankan, terutama kredit produktif," katanya.
Menurut Sunarsip, proses pemulihan ekonomi nasional masih tergantung pada kemampuan dalam mengatasi Covid-19. Salah satu tantangan bagi pemulihan ekonomi Indonesia ke depan adalah menguatnya tekanan inflasi seiring dengan berakhirnya pengetatan mobilitas global yang diikuti dengan meningkatnya aktivitas industri.
Ia menyarankan, diperlukan sumber-sumber pertumbuhan baru untuk memulihkan sisi domestic demand (konsumsi dan Investasi) antara lain melalui, penajaman bentuk-bentuk dukungan fiskal, yang berorientasi pada sektor-sektor ekonomi yang memiliki multiplier effect yang lebih besar.
Seperti pembangunan sektor perumahan, pemulihan industri pengolahan dan pariwisata, serta insentif fiskal untuk penguatan pertumbuhan sektor pertanian. Selanjutnya, kebijakan suku bunga acuan yang dipertahankan pada level yang rendah telah tertransmisikan ke perbankan melalui penurunan suku bunga kredit, meskipun masih terbatas.
Baca juga : Bamsoet Dorong Digitalisasi UMKM
"Namun demikian, respon dunia usaha terhadap turunnya suku bunga kredit masih rendah, sebagaimana tercermin dari rendahnya pertumbuhan kredit perbankan sehingga menahan laju pertumbuhan investasi," imbuhnya.
Sunarsip menyarankan, untuk mendorong pertumbuhan investasi dari swasta, antara lain dapat dilakukan melalui, mengefektifkan kebijakan makroprudensial dan mikroprudensial, untuk mendorong efektivitas transmisi kebijakan moneter ke kredit perbankan.
"Selain itu membuka ruang pembiayaan di luar perbankan seperti pasar modal melalui kebijakan insentif bagi kegiatan penerbitan dan investasi pada instrumen pasar modal," tandasnya. [DWI]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya